Rabu, 14 Desember 2011

kisah al-imam Bukhara

IMAM BUKHARI, Cahaya dari Bukhara

Makam Al Imam Bukhari Ra

Amirul Mukminin fil Hadits, gelar itu didaulatkan para ulama kepada ahli hadis dari Kota Bukhara, Uzbekistan. Tak salah bila ulama besar di abad ke-9 M ini ditabalkan sebagai ‘Pemimpin Kaum Mukmin dalam Ilmu Hadis’. Betapa tidak, hampir seluruh ulama merujuk kitab kumpulan hadis sahih yang disusunnya.



Para ulama juga bersepakat, Al Jami’ as Sahih atau Sahih Al Bukhari—kumpulan hadis sahih sebagai kitab paling otentik setelah Alquran. Sahih Al Bukhari yang disusun ulama legendaris asal ‘kota lautan pengetahuan’—Bukhara—itu juga diya kini kalangan ulama Sunni sebagai literatur hadis yang paling afdol.

Sang ulama fenomenal itu mendedikasikan hidupnya untuk menyeleksi secara ketat ratusan ribu hadis yang telah dihafalnya sejak kecil. Karyanya yang sangat monumental itu bak cahaya yang telah menerangi perjalanan hidup umat Islam. Ribuan hadis sahih telah dipilihnya menjadi pedoman hidup umat Islam, sesudah Alquran.

Ulama besar dan ahli hadis nomor wahid ini memiliki nama lengkap Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu Al Mughirah Ibnu Bardizbah Al Bukhari. Ia lebih dikenal dengan nama tanah kelahirannya, Bukhara. Dan, masyarakat Muslim pun biasa memanggilnya Imam Bukhari.

Pemimpin kaum Mukminin dalam ilmu hadis itu terlahir pada hari Jumat, 13 Syawal 194 H, bertepatan dengan 20 Juli 810 M. Sejak kecil, Imam Bukhari hidup dalam keprihatinan. Alkisah, ketika terlahir ke dunia, Bukhari cilik tak bisa melihat alias buta. Sang bunda tak putus dan tak tak pernah berhenti berdoa dan memohon kepada Allah SWT untuk kesembuhan penglihatan putranya.

Sang Khalik pun mengabulkan doadoa yang selalu dipanjatkan ibu Imam Bukhari. Secara menakjubkan, ketika menginjak usia 10 tahun, penglihatan bocah yang kelak menjadi ulama terpandang itu kembali normal. Imam Bukhari sudah akrab dengan ilmu hadis sejak masih belia. Sang ayah, Ismail Ibnu Ibrahim, juga seorang ahli hadis yang terpandang.

Ismail merupakan salah seorang murid ulama terpandang, Hammad ibnu Zaid dan Imam Malik. Sang ayah tutup usia saat Imam Bukhari masih belia. Meski hidup sebagai seorang anak yatim yang serba pas-pasan, Bukhari cilik tak pernah putus asa. Ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan belajar, tanpa merisaukan masalah keuangan.

Ilmu hadis telah membetot perhatiannya sejak kecil. Selain belajar Alquran dan pelajaran penting lainnya, ilmu hadis adalah favoritnya. Sejak penglihatannya menjadi normal, dia sudah membaca karya-karya atau kitab hadis yang ada. Bahkan, menginjak usia 16 tahun, Imam Bukhari sudah mampu menghafal karya-karya Waki dan Abdullah Ibnu Al Mubarak.

‘’Sekali saja ia membaca buku, dia sudah hafall isinya,’‘ papar Ibnu Katheer yang terkagum-kagum dengan daya ingat sang ahli hadis. Daya ingat dan kecepatannya dalam menghafal sungguh tiada dua pada zamannya. Kekuatan intelektualnya sungguh sangat memukau dan menakjubkan.

Pada usia 10 tahun, Imam Bukhari sudah mampu menghafal 70 ribu hadis. Tanpa bermaksud jemawa, Imam Bukhari sempat berkata, ‘’Saya hafal seratus ribu hadis sahih dan saya juga hafal dua ratus ribu hadis yang tidak sahih.’‘ Ia tak cuma mampu menghafal ratusan ribu hadis, namun juga mampu menyebutkan sanad dari setiap hadis yang diingatnya.

‘’Dia diciptakan Allah SWT seolaholah hanya untuk hadis,’‘ tutur Muhammad bin Abi Hatim mengutip perkataan Abu Ammar Al Husein bin Harits yang terkagum-kagum dengan daya ingat dan kecerdasan Imam Bukhari. Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah menilai, Imam Bukhari sebagai manusia di muka bumi yang paling kuat ingatannya dalam menghafal hadis.

Menginjak usia 16 tahun, Imam Bukahri bersama ibu dan saudaranya pergi menunaikan ibadah haji ke Makkah. Perjalanan pertamanya ke Semenanjung Arab itu dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuannya tentang ilmu hadis. Imam Bukhari pun berkelana dari satu kota pusat pengetahuan ke kota lainnya. Di setiap kota, ia berdiskusi dan bertukar informasi tentang hadis dengan para ulama.

Imam Bukhari sempat menetap di sejumlah kota pusat intelektual Muslim, seperti Basrah, Hijaz, Mesir, Kufah, dan Baghdad. Ketika tiba di kota Basrah, penguasa kota itu menyambut dan mendaulatnya untuk mengajar. Kedatangannya di Baghdad—ibu kota pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah—juga mendapat perhatian dari para ulama dan petinggi kota itu.

Sepuluh ulama hadis di kota itu pun mencoba menguji kemampuan dan daya ingatnya dalam menghafal sabda Rasulullah SAW. Para ulama itu lalu menukarkan sanad dari ratusan hadis. Dalam sebuah pertemuan, para ulama itu lalu menanyakan hadis-hadis yang telah ditukar-tukar sanad-nya itu.

Namun, Imam Bukhari mengaku tak mengenal hadis yang ditanyakan para ulama Baghdad itu. Lalu, ia membacakan hadis-hadis itu dengan sanad yang benar. Para ulama Baghdad pun terkagum-kagum dengan kecerdasan dan ketelitian sang ahli hadis. Ujian serupa juga dilakukan para ulama di berbagai kota yang disinggahinya. Dan, ujian itu berhasil dilaluinya dengan baik.

Pada usia 18 tahun, secara khusus, Imam Bukhari mencurahkan pikiran dan waktunya untuk mengumpulkan, mempelajari, menyeleksi, dan mengatur ratusan ribu hadis yang dikuasai dan dihafalnya. Demi memurnikan dan mencapai hadis-hadis yang paling otentik dan sahih, ia berkelana ke hampir seluruh dunia Islam, seperti Mesir, Suriah, Arab Saudi, serta Irak.

Dengan penuh kesabaran, ia mencari dan menemui para periwayat atau perawi hadis dan mendengar langsung dari mereka. Tak kurang dari 1.000 perawi hadis ditemuinya. Hingga kahirnya, Imam Bukahri menguasai hampir lebih dari 600 ribu hadis, baik yang sahih maupun dhaif. Perjalanan mencari dan menemukan serta membuktikan kesahihan hadis-hadis itu dilakukannya selama 16 tahun.

Setelah sekian lama mengembara, ia lalu kembali ke Bukhara dan merampungkan penysunan kitab yang berisi kumpulan hadis sahih berjudul Al Jami’ Al Sahih. Kitab hadis yang menjadi rujukan para ulama itu berisi 7.275 hadis sahih. Pada usia 54 tahun, dia berkunjung ke Nishapur, sebuah kota di Asia Tengah. Di kota itu, Imam Bukhari diminta untuk mengajar hadis. Salah seorang muridnya adalah Imam Muslim yang juga terkenal dengan kitabnya Sahih Muslim.

Imam Bukhari lalu hijrah ke Khartank, sebuah kampung di dekat Bukhara. Para penduduk desa memintanya untuk tinggal di tempat itu. Imam Bukhari pun tinggal di Desa Khartank hingga tutup usia pada usia 62 tahun. Ia meninggal dunia pada tahun 256 H/ 870 M. Meski telah meninggal 13 belas abad yang lalu, namun cahaya dari Bukhara itu tak pernah padam dan terus menerangi kehidupan umat Muslim.


Karya Besar Sang Ulama
Imam Bukhari tak hanya dikenal sebagai ahli hadis. Sebagai ilmuwan yang produktif, ia juga menulis kitab tafsir, fikih, dan sejarah. Berikut ini adalah beberapa karya besar sang ulama setelah Sahih Al Bukhari.

  • Tarikh Al Kabir
  • Khalq A’fal Ebad
  • Kitab Al Wahidan
  • Kitab Adab Al Mufrad
  • Kitab Adh Dhua’fa
  • Juz Raf Al Yadain
  • Juz Al Quraa Khalf Al Imam
  • Jami’a Al Kabir
  • afseer Al Kabir
  • Kitaab Al Ilal
  • Kitaab Al Manaaqib
  • Asami As-Sahabah


Kitab Shahih Bukhari


Metode Seleksi Hadis Ala Imam Bukhari
Imam Bukhari pantas disebut sebagai ilmuwan dan ulama yang profesional. Betapa tidak. Dalam meneliti, menyeleksi, serta menetapkan hadis sahih dari ratusan ribu hadis yang dihafalnya, Imam Bukhari melakukannya dengan sangat hati-hati. Untuk mendapatkan akurasi, ia melakukan perjalanan ke negaranegara Islam dengan menemui hampir 1.000 perawi hadis. Secara sabar, ia mendengarkan para perawi itu.
‘’Saya susun kitab Al Jami `Ash Shahihini di Masjidil Haram, Makkah, dan saya tidak mencantumkan sebuah hadis pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah SWT, dan sesudah meyakini betul bahwa hadis itu benar-benar shahih,’‘ ujar Al-Finbari, salah seorang murid Imam Bukhari, mengutip pernyataan gurunya.
Di masjid bersejarah itulah, Imam Bukhari mulai menyusun buku kumpulan hadisnya yang sangat monumental. Dasar pemikiran dan bab demi bab Sahih Al-Bukahri disusunnya secara sitematis di Masjidil Haram. Sedangkan, pembukaan serta pokok-pokok bahasannya ditulisnya di Rawdah Al Jannah—sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di Masjid Nabawi, Madinah.
Pengumpulan, seleksi, dan penempatan hadis sahih dalam kitab Sahih Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan modern sehingga hadishadisnya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mendapatkan hadis yang benar-benar otentik, secara serius Imam Bukhari meneliti dan menyelidiki para perawai-nya.
Tak cuma itu, Imam Bukhari pun melaku perbandingan hadis. Satu hadis dengan hadis lain dibandingkan. Ia lalu menguji dan mempertimbangkannya secara ilmiah untuk memutuskan mana yang paling sahih. Keontetikan hadis yang disusun Imam Bukhari sudah sangat terbukti dan teruji.
Para ulama sepakat, hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Al Jami `ash Shahihmemiliki tingkat kesahihan yang paling utama. Profesionalitas yang ditunjukkan Imam Bukhari dalam melacak dan meneliti kesahihan sebuah hadis tak lepas dari bimbingan para gurunya. Beberapa ulama yang berpengaruh dalam kehidupan keilmuwan sang legendaris itu antara lain: Dhihaak Ibnu Mukhlid; Makkee Ibnu Ibraheem Khadhalee; Ubaidullah Ibnu Moosaa Abasa; Abdul Quddoos Ibnu Hajjaaj; dan Muhammad Ibnu Abdullaah Ansaaree.
Profesionalitas yang ditunjukkan Imam Bukhari juga menetes pada murid-muridnya. Begitu banyak muridnya yang menjadi ahli ilmu hadis yang terkenal dan terkemuka. Mereka adalah Turmudzi, Imam Muslim, Nasa’i, Ibrahim Ibnu Ishaq Al Harawi, Muhammad Ibnu Ahmad Ibn Dulabi, dan Mansur Ibnui Muhammad Bazduri.

Terjadinya Fitnah

Muhammad bin Yahya Az-Zihli berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang diberikannya. Ia berkata: “Pergilah kalian kepada orang alim dan saleh itu, ikuti dan dengarkan pengajiannya.” Namun tak lama kemudian ia mendapat fitnah dari orang-orang yang dengki. Mereka menuduh sang Imam sebagai orang yang berpendapat bahwa “Al-Qur’an adalah makhluk”.
Hal inilah yang menimbulkan kebencian dan kemarahan gurunya, Az-Zihli kepadanya. Kata Az-Zihli : “Barang siapa berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia adalah ahli bid’ah. Ia tidak boleh diajak bicara dan majelisnya tidak boleh didatangi. Dan barang siapa masih mengunjungi majelisnya, curigailah dia.” Setelah adanya ultimatum tersebut, orang-orang mulai menjauhinya.
Sebenarnya, Imam Bukhari terlepas dari fitnah yang dituduhkan kepadanya itu. Diceritakan, seseorang berdiri dan mengajukan pertanyaan kepadanya: “Bagaimana pendapat Anda tentang lafadz-lafadz Al-Qur’an, makhluk ataukah bukan?” Bukhari berpaling dari orang itu dan tidak mau menjawab kendati pertanyaan itu diajukan sampai tiga kali.
Tetapi orang itu terus mendesak. Ia pun menjawab: “Al-Qur’an adalah kalam Allah, bukan makhluk, sedangkan perbuatan manusia adalah makhluk dan fitnah merupakan bid’ah.” Pendapat yang dikemukakan Imam Bukhari ini, yakni dengan membedakan antara yang dibaca dengan bacaan, adalah pendapat yang menjadi pegangan para ulama ahli tahqiq (pengambil kebijakan) dan ulama salaf. Tetapi dengki dan iri adalah buta dan tuli. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Bukhari pernah berkata : “Iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Al-Quran adalah kalam Allah, bukan makhluk. Sahabat Rasulullah SAW, yang paling utama adalah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Dengan berpegang pada keimanan inilah aku hidup, aku mati dan dibangkitkan di akhirat kelak, insya Allah.” Di lain kesempatan, ia berkata: “Barang siapa menuduhku berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah makhluk, ia adalah pendusta.”
Wafatnya Imam Bukhari
Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun.
diambil dari : http://opi.110mb.com/haditsweb/sejarah/sejarah_singkat_imam_bukhari.htm

Senin, 12 Desember 2011

Keutamaan bulan Muharam


Keutamaan Bulan Muharram

Muharram adalah bulan di mana umat Islam mengawali tahun kalender Hijriah berdasarkan peredaran bulan.
Muharram menjadi salah satu dari empat bulan suci yang tersebut dalam Al-Quran. "Jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, tersebut dalam Kitab Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara kedua belas bulan itu ada empat bulan yang disucikan." Keempat bulan itu adalah, Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Semua ahli tafsir Al-Quran sepakat dengan hal ini karena Rasululullah Saw dalam haji kesempatan haji terakhirnya mendeklarasikan, "Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat di antaranya adalah bulan suci. Tiga di antaranya berurutan yaitu Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan ke empat adalah bulan Rajab." Selain keempat bulan khusus itu, bukan berarti bulan-bulan lainnya tidak memiliki keutamaan, karena masih ada bulan Ramadhan yang diakui sebagai bulan paling suci dalam satu satu tahun. Keempat bulan tersebut secara khusus disebut bulan-bulan yang disucikan karena ada alasan-alasan khusus pula, bahkan para penganut paganisme di Makkah mengakui keempat bulan tersebut disucikan. Pada dasarnya setiap bulan adalah sama satu dengan yang lainnya dan tidak ada perbedaan dalam kesuciannya dibandingkan dengan bulan- bulan lain. Ketika Allah Swt memilih bulan khusus untuk menurunkan rahmatnya, maka Allah Swt lah yang memiliki kebesaran itu atas kehendakNya.
 Keutamaan Bulan Muharram Nabi Muhammad Saw bersabda, "Ibadah puasa yang paling baik setelah puasa Ramadan adalah berpuasa di bulan Muharram." Meski puasa di bulan Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka yang berpuasa pada bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Khususnya pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari 'Asyura. Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau menjumpai orang- orang Yahudi di Madinah biasa berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Menurut orang-orang Yahudi itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi Musa dan pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan melewati Laut Merah, sementara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam. Mendengar hal ini, Nabi Muhammad Saw mengatakan, "Kami lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian" dan langsung menyarankan agar umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura. Bahkan dalam sejumlah tradisi umat Islam, pada awalnya berpuasa pada hari 'Asyura diwajibkan. Kemudian, puasa bulan Ramadhan-lah yang diwajibkan sementara puasa pada hari 'Asyura disunahkan. Dikisahkan bahwa Aisyah mengatakan, "Ketika Rasullullah tiba di Madinah, ia berpuasa pada hari 'Asyura dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadhan menjadi puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan saja dan kewajiban puasa pada hari 'Asyura dihilangkan. Umat Islam boleh berpuasa pada hari itu jika dia mau atau boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau." Namun, Rasulullah Saw biasa berpuasa pada hari 'Asyura bahkan setelah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan. Abdullah Ibn Mas'ud mengatakan, "Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa pada hari 'Asyura dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa 'Asyura." (HR Bukhari dan Muslim). Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadist bahwa puasa di hari 'Asyura hukumnya sunnah. Beberapa hadits menyarankan agar puasa hari 'Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari 'Asyura. Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad Saw, orang Yahudi hanya berpuasa pada hari 'Asyura saja dan Rasulullah ingin membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia menyarankan umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura ditambah puasa satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10 dan 11 Muharram). Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu boleh dilakukan. Legenda dan Mitos Hari 'Asyura Meski demikian banyak legenda dari salah pengertian yang terjadi di kalangan umat Islam menyangkut hari 'Asyura, meskipun tidak ada sumber otentiknya dalam Islam.
menurut riwayat ternyata di bulan muharram terjadi kejadian-kejadian bersejarah yang berkaitan dengan kisah-kisah para nabi. kejadian-kejadian itu antara lain:
  1. taubat nabi adam diterima oleh Allah
  2. nabi idris diangkat ke langit
  3. bahtera nabi nuh berlabuh setelah peristiwa banjir
  4. nabi ibrahim dilahirkan, diangkat menjadi rasul, dan diselamatkan dari api
  5. nabi ya’qub dikembalikan penglihatannya
  6. nabi yusuf dikeluarkan dari penjara
  7. nabi musa diselamatkan dari kejaran fir’aun dengan melintasi laut merah yang terbelah
  8. nabi daud diterima taubatnya oleh Allah
  9. kembalinya anugrah kerajaan nabi sulaiman
  10. nabi ayyub diuji dengan penyakit, lalu disembuhkan
  11. nabi yunus keluar dari perut ikan
  12. nabi isa diselamatkan (di angkat) dari kejaran orang-orang yang ingin menyalibnya
ahli kitab seperti yahudi malah menjadikan tanggal 10 muharram sebagai hari besar dan mereka berpuasa sebagai peringatan kisah nabi musa. berkenaan dengan masalah syariat ini, umat islam disunnahkan berpuasa pada bulan muharram. puasa ini dikenal sebagai puasa tasu’a (9 muharram) dan puasa asyura (10 muharram).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan berpuasa. Para shahabat berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi.” Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Di tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal 9.”, tetapi sebelum datang tahun depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat.” [HR Muslim, Abu Daud]
Rasulullah ditanya tentang puasa Asyura, beliau menjawab: “Puasa itu bisa menghapuskan dosa2 kecil pada tahun kemarin.” [HR Muslim]
Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan pertumpahan darah. Seperti sudah disinggung di atas, bahwa bulan Muharram banyak memiliki keistimewaan. Khususnya pada tanggal 10 Muharram. Beberapa kemuliaan tanggal 10 Muharram antara lain Allah Swt akan mengampuni dosa- dosa setahun sebelumnya dan setahun ke depan. (Tarmizi)

Minggu, 11 Desember 2011


 

 

 

 

 

Sirah Nabawiyah(5),Menyendiri Di Gua Hira’

Ikhtila’ (Menyendiri) Di Gua Hira’
Mendekati usia empat puluh tahun, mulailah tumbuh pada diri Nabi saw kecenderungan untuk melakukan ‘uzlah. Allah menumbuhkan pada dirinya rasa senang untuk melakukan ikhtila’ (menyendiri) di gua Hira’ (Hira’ adalah nama sebuah gunung yang terletak di sebelah barat laut kota Mekkah). Ia menyendiri dan beribadah di gua tersebut selama beberapa malam. Kadang sampai sepuluh malam, kadang lebih dari itu, sampai satu bulan. Kemudian beliau kembali ke rumahnya sejenak hanya untuk mengambil bekal baru untuk melanjutkan Ikhtila’-nya di gua Hira’. Demikianlah Nabi saw terus melakukannya sampai turun wahyu kepadanya ketika beliau sedang melakukan ‘uzlah.
Permulaan Wahyu
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah r.a. menceritakan cara permulaan wahyu, ia berkata :
“Wahyu pertama diterima oleh Rasulullah saw dimulai dengan suatu mimpi yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi hari. Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah) untuk melakukan khalwah (‘uzlah). Beliau melakukan khalwah di gua Hira’ melakukan ibadah selama beberapa malam, kemudian pulang kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal. Demikianlah berulang kali hingga suatu saat beliau dikejutkan dengan datangnya kebenaran di dalam gua Hira’.
Pada suatu hari datanglah Malaikat lalu berkata;“Bacalah“.
Beliau menjawab, “Aku tidak dapat membaca.“
Rasulullah saw menceritakan lebih lanjut;
“Malaikat itu lalu mendekati aku dan memelukku sehingga aku merasa lemah sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata lagi; “Bacalah“
Aku menjawab; “Aku tidak dapat membaca“ .
Ia mendekati aku lagi dan mendekapku, sehingga aku merasa tidak berdaya sama sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata lagi; “Bacalah“
Aku menjawab; “Aku tidak dapat membaca.“
Untuk yang ketiga kalinya ia mendekati aku dan memelukku hingga aku merasa lemas, kemudian aku dilepaskan. Selanjutnya ia berkata lagi; “Bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah menciptakan .. menciptakan manusia dari segumpal darah…“ dan seterusnya.
Siti Khadijah menjawab :”Tidak! Bergembiralah! Demi Allah sesungguhnya tidak akan membuat anda kecewa. Anda seorang yang suka menyambung tali keluarga, selalu menolong orang yang susah, menghormati tamu dan membela orang yang berdiri di atas kebenaran.”
Rasulullah saw segera pulang daam keadaan gemetar sekujur badannya menemui Khadijah lalu berkata; “Selimutilah aku … selimutilah aku ..“ Kemudian beliau diselimuti hingga hilang rasa takutnya.
Setelah itu beliau berkata kepada Khadijah; “Hai Khadijah, tahukah engkau mengapa aku tadi begitu?“ Lalu beliau menceritakan apa yang baru dialaminya.
Selanjutnya beliau berkata: “Aku sesungguhnya khawatir terhadap diriku (dari gangguan makhluk jin).”
Beberapa saat kemudian Khadijah mengajak Rasulullah saw pergi menemui Waraqah bin Naufal, salah seroang anak paman Siti Khadijah. Di masa jahiliyah ia memeluk agama Nasrani. Ia dapat menulis huruf Ibrani, bahkan pernah menulis bagian-bagian dari Injil dalam bahasa Ibrani. Ia seorang yang sudah lanjut usia dan telah kehilangan penghilatannya.
Kepadanya Khadijah berkata :
“Wahai anak pamanku, dengarkanlah apa yang hendak dikatakan oleh anak- lelaki saudaramu (yakni Muhammad saw)“.
Waraqah bertanya kepada Muhammad saw; “Hai anak saudaraku, ada apakah gerangan ?“
Rasulullah saw , kemudian menceritakan apa yang dilihat dan dialami di dalam gua Hira’.
Setelah mendengar keterangan Rasulullah saw Waraqah berkata: “Itu adalah Malaikat yang pernah diutus Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda perkasa! Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu!”
Rasulullah saw bertanya; “Apakah mereka akan mengusir aku?“
Waraqah menjawab, “Ya. Tak seorangpun yang datang membawa seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aku masih hidup dan mengalami hari yang kaan kamu hadapi itu, psti kamu kubantu sekuat tenagaku.“ Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia, dan untuk beberapa waktu lamanya Rasulullah saw tidak menerima wahyu.
Terjadi perselisihan tentang berapa lama wahyu tersebut terhenti. Ada yang mengatakan tiga tahun, dan ada pula yang mengatakan kurang dari itu. Pendapat yang lebih kuat ialah apa yang diriwayatkan oleh Baihaqi, bahwa masa terhentinya wahyu tersebut selama enam bulan.
Tentang kedatangan Jibril yang kedua, Baihaqi meriwayatkan sebuah riwayat dariJjabir bin Abdillah, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw berbicara tentang terhentinya wahyu.
Beliau berkata kepadaku: “Di saat aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Ketika kepala kuangkat , ternyata Malaikat yang datang kepadaku di gua Hira’, kulihat sedang duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku segera pulang menemui istriku dan kukakatan kepadanya, “ Selimutilah aku, selimutilah aku ….selimutilah aku ….! Sehubungan dengan itu Allah kemudian berfirman : “Hai orang yang berselimut, bangunlah dan beri peringatan. Agungkanlah Rabb-mu , sucikanlah pakaianmu, dan jauhilah perbuatan dosa ….“ (Al-Muddatsir)
Sejak itu wahyu mulai diturunkan secara kontinyu.
[Disalin dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press]

Rabu, 30 November 2011

KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN DAKWAH

Wahai Saudara-saudara para Da'i ....

Jika anda tahu bahwa kondisi kemanusiaan saat ini diliputi oleh kerusakan, disentegrasi, kemalangan, kesengsaraan, kebusukan, kedunguan, sementara prinsif-prinsif (mabda- penyunting) dan kesesatan belum punah di permukaan bumi ini,bila anda tahu itu semua. Apakah kewajiban agung anda dalam Tabligh dan Dakwah?....

Wahai saudara-saudaraku para da'i!., dalam pasal ini insya Allah anda akan mengetahui keagungan dan keluhuran tanggung jawab dan amanah dalam mengemban Dakwah Islamiyah ke penjuru dunia, dan menyebarkan dienullah ini ke pelosok bumi. Kepada Allah-lah tujuan jalan kita, dan kepada-nya pula kita rentangkan harapan taufiq dan pertolongan.

Ketahuilah oleh anda wahai para da'i (moga Allah memberi anda Rahmat) bahwa pada masa ini dakwah ilal- islam menjadi kewajiban syari'ah dan merupakan amal yang vital (dharuri) bagi orang yang mengakui dirinya muslim. Baik pemuda maupun orang dewasa, pria maupun wanita, kecil maupun besar, penguasa maupun rakyat biasa, kaum terpelajar maupun orang awam, kesemuanya memikul tanggung jawab dalam menunaikan tugas ini sesuai dengan kondisi, kemampuan, keimanan, dan kepeduliannya terhadap nasib umat Islam dan kondisi sosial manusia .

Landasan hukum dari tugas dakwah universal ini adalah firman Allah berikut ini:

"Dan orang-orang yang beriman, pria dan wanita, sebagian mereka (adalah )menjadi penolong bagi sebagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan ) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka ta'at kepada Allah dan Rasul-nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi maha Bijaksana ." (QS. At-Taubah/9: 71).

Dalil lain tentang kewajiban tabligh menyeluruh ini juga terdapat dalam firman Allah ini:

"Kamu adalah umat yang terbaik (Khaira Ummah-penyunting ) yang dilahirkan untuk manusia, menyeluruh kepada yang ma;ruf , mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Al-Imran/3 :110).

Ungkapan kuntum Khaira Ummah dalam ayat ini meliputi seluruh orang islam dalam berbagai jenisnya yang beragam, baik corak mereka, rupa mereka, bahasa, maupun peringkat sosial mereka. Sedang ungkapan  Ukhrijat linnasi dalam lanjutan ayat, adalah suatu ungkapan yang mengarahkan perhatian terhadap Sang pengatur, Sang pengurus (Allah),yang mengeluarkan Umat Islam dari selubung kegaiban lalu menampakan nya ke alam nyata, dan meneguhkan jati dirinya, untuk menyampaikan seruan Allah di alam raya ini.

Dalil Al-Qur'an tentang kewajiban Dakwah
  1. Allah berfirman : " Hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh orang berbuat ma'ruf dan melarang berbuat mungkar. Mereka itulah orang yang beruntung." (QS. Al-Imran/3: 104).
Hurup lam pada lafaz Waltakum dalam firman Allah ini adalah untuk menyatakan amr (perintah); sedang perintah itu menuntut suatu kewajiban. Sedang lafaz Ummatun, sebagaimana yang di tunjukan oleh siyaq ( alur pembicaraan) ayat ini, maksudnya adalah sekelompok orang dari kalangan Ulama dan Da'i yang di tugaskan untuk menunaikan amar ma'ruf nahyi mungkar, dan selalu menjaga keutuhan opini masyarakat dalam setiap kawasan masyarakat islam sekalipun menurut hukum asal dakwah dan amar ma'rup nahyi mungkar merupakan kewajiban bagi setiap individu umat Islam sesuai dengan kadar kemampuan, kesiagaan,dan keimanannya.

Dalam menafsirkan ayat ini , Ibnu Katsir menulis, " yang di maksud dengan ayat ini adalah, hendaklah ada sekelompok orang dari umat Islam yang di kerahkan untuk menangani perintah dakwah ini, walaupun tugas ini merupakan kewajiban bagi setiap individu umat Islam.Sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing, seperti yang telah di tetapkan  dalam hadis Shahih Muslim ; dari Abu Hurairah ra, ia berucap, Rasulullah SAW. bersabda :

" Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkarang, ubahlah dengan tangannya. jika tidak mampu, maka dengan lidahnya. jika tidak berdaya pula, maka ubahlah dengan hatinya. Dan sikap ini ( mengubah dengan hati -penyunting .) merupakan selemah -lemahnya Iman."

Dan dalam suatu riwayat , "Diluar itu sedikitpun tidak ada Iman."  lihat Mukhtashar Ibnu Katsir , oleh Ali Ashaabuunii jilid 1 halaman 306 

sampai disini dulu artikel makalah tentang kewajiban berdakwah dikutif dari perpus- Asyafi'iyah

Rabu, 18 Mei 2011

Allah menyembunyikan 6 perilaku di dalam 6 perkara

Maqolah keempat (dari Umar RA) dan semoga Allah membalas beliau dengan kebaikan dari umat nabi Muhammad SAW (Sesungguhnya Allah ta'ala menyembunyikan enam) prilaku (di dalam enam) perkara .


1.كتم الرضا في طاعة
"Allah menyembunyikan ridho di dalam suatu ketaatan"

di antara berbagai perbuatan ta'at, agar manusia bersungguh-sungguh di seluruh perbuatan ketaatan, dengan harapan bertemu keridhoan Allah.
Maka tidak diperbolehkan bagi kita meremehkan suatu perbuatan taat, walaupun sangat kecil , karena sesungguhnya bisa jadi keridhoan Allah ta'ala ada pada ketaatan kecil itu.


2. وكتم الغضب في معصية
"Allah menyembunyikan marah di dalam suatu maksiat"

di antara berbagai perbuatan maksiat, agar manusia menjauhinya, karena khawatir terjerumus di dalamnya.
Maka seseorang tidak diperbolehkan meremehkan maksiat, meskipun sangat halus, karena sesungguhnya ia tidak tahu bahwasanya
Kadangkala di dalam perbuatan itu terdapat kemarahan Allah ta'ala.

3.و كتم ليلة القدر في شهر رمضان
"Allah menyembunyikan lailatul qodar di dalam bulan Romadhon)
agar manusia bersungguh-sungguh dalam menghidupkan seluruh bulan Romadhon dengan beribadah.

Karena sesungguhnya ganjaran ibadah sunnah sama seperti ganjaran ibadah fardhu di bulan lain, sebagaimana disebutkan dalam hadits.

Bahkan syekh An Nakho'i berpendapat:
"satu roka'at di bulan Romadhon itu lebih utama dibandingkan seribu roka'at di bulan lainnya, dan satu ucapan tasbih [subhanallah] di bulan Romadhon itu lebih utama dibandingkan seribu tasbih di bulan lain".

Dan agar mereka bersungguh-sungguh menghidupkan malam-malam bulan Romadhon dengan harapan mereka akan berjumpa lailatul Qodar, karena malam itu lebih baik dari seribu bulan, yaitu 83 tahun empat bulan.

Di dalam hadits Imam Thobroni, secara marfu' sampai ke Rosulullah SAW [disebutkan]: "Sesungguhnya orang yang berzina di bulan Romadhon atau meminum minuman Keras, maka akan dilaknat oleh Allah dan makhluk yang ada di langit sampai datang bulan Romadhon yang sama dari putaran tahun kedua."

karena sesungguhnya orang yang mati sebelum ia menemui bulan Romadhon, maka ia tidak mempunyai kebaikan di sisi Allah, yang dapat membuatnya takut neraka. Karena itu bertakwalah kepada Allah di bulan Romadhon, karena sesungguhnya segala kebaikan dilipat gandakan di bulan itu, sesuatu yang tidak dilipat gandakan di bulan lainnya, dan begitu pula berbagai kejelekan.


4.وكتم أولياأه فيما بين الناس
"Allah menyembunyikan para wali-nya ditenah-tengah manusia "

Supaya mereka tidak meremehkan seorangpun diantara mereka, dan supaya mereka mencari do'a dari sebagian mereka dengan harapan akan berjumpa dengan seorang wali.
Maka tidak boleh seseorang meremehkan seorang manusia, karena sesungguhnya ia tidak tahu, bisa jadi orang itu termasuk wali-wali Allah ta'ala.

5. وكتم الموت فى العمر
"Allah menyembunyikan kematian di dalam umur".

Maka selayaknya saat seperti ini bagi setiap orang hendaknya mempersiapkan kematian di setiap waktu dengan berbagai ibadah, karena terkadang kematian menyergapnya dengan tiba-tiba.

‎6.‎وكتم الصلاة الوسطى أي الفضلى فى الصلوات
"Allah menyembunyikan sholat wustho, yakni yang paling utama di dalam seluruh sholat yakni sholat lima waktu"

agar manusia sungguh-sungguh memperhatikannya di seluruh sholat.
Dan Allah menyembunyikan nama-nya yang agung di dalam semua namanya, agar manusia bersungguh-sungguh di dalam berdo'a dengan semua nama-namanya, dengan harapan mereka bisa menjumpai-nya.

Dan Allah menyembunyikan saat terkabulnya do'a di hari jum'at, agar manusia bersungguh-sungguh berdo'a di hari itu.

Dan allah menyembunyikan As Sab'ul Matsani[tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang] di dalam sejumlah surah Al-Qur'an, agar manusia bersungguh-sungguh di dalam membaca seluruh surat Al Qur'an.


*Dikutip dari kitab نصا ئح العباد nasho ihul'ibad*


Senin, 16 Mei 2011

Do'a 'ishol(penghubung)

الحمد لله رب العا لمين.حمد الشا كرين حمد النا عمين حمدا يوا في نعمه ويكافي مزيده يا ربنا لك الحمد كما ينبغي لجلا وجهك وعظيم سلطانك.

اللهم صل على سيد نا محمد وعلى أل سيد نا محمد.اللهم تقبل وأوصل ثواب ماقرأناه من القرآن العظيم .وما هللنا وما سبحنا وماالستغفرنا وما

Jumat, 15 April 2011

Bagian-bagian kalam

pembagian kalam:

واقسا مه سلاسة اسم و فعل وحرف جاأ لمعنى
Artinya:
pembagiam kalam itu ada tiga(3) yaitu: kalimat isim, kalimat fi'il, dan kalimat huruf yang mempunyai arti/ma'na.

Kalam itu dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Kalimat isim (kata benda)
2. Kalimat fi'il (kata kerja)
3. Kalimat huruf yang mempunyai arti/ma'na.

A -Arti kalimat Isim (kata benda)

الاسم هو كلمة دلت على معنى في نفسها ولم تقترن بزمان وضع
Artinya:
Kalimat isim ialah kalimat yang menunjukan arti/ma'na pada dirinya sendiri dan tidak disertai dengan pengertian zaman.

Artinya kalimat tersebut mempunyai arti dan tidak berhubungan dengan waktu tidak sedang, telah, atau akan.

contohnya:
-الكرة=Bola
-رجل =orang lelaki
-بيت =Rumah

dari masing-masing contoh di atas ini mempunyai arti pada dirinya sendiri dan tidak memerlukan waktu seperti besok, lusa, atau sekarang.

B -Arti kalimat Fi'il (kata kerja)

الفعل هو كلمة دلت على معنى في نفسها واقترنت بزمان وضع
Artinya:
kalimat fi'il ialah kalimat yang menunjukan makna/arti pada dirinya sendiri dan disertai dengan pengertian zaman seperti sudah, akan, sedang.

Jadi singkatnya ialah kalimat fi'il itu kalimat yang menunjukan pekerjaan atau kata kerja. Dan kalimat kerja itu kalimat yang membutuhkan waktu baik itu waktu sekarang, dan waktu lampau atau waktu yang akan datang.

Contohnya:

-ادهب(idhaba)= pergilah kau.
-يحرج(yahruju)= akan keluar.
-ضرب(dhoroba)=telah memukul.

Pergilah kau adalah kalimat perintah dimana pekerjaan belum dikerjakan. Baru setelah mendengar perintah itu, baru pergi. Maka waktunya adalah waktu akan datang (istiqbal) sedangkan contoh yang ke dua ialah mempunyai dua waktu yaitu akan, dan sedang. Jadi akan keluar atau sedang keluar. Contoh yang ketiga mempunyai waktu telah lampau. Memukul bertarti telah memukul.

C -Arti kalimat haraf

الحرف هو كلمة دلت على معنى في غيرها
Artinya:
Kalimat huruf ialah kalimat yang menunjukan arti pada yang lain. Maksudnya ialah kalimat huruf itu baru bisa dimengerti arti dan maknanya, apabila kalimat itu disambung de-ngan kalimat lain.

-من {min}= dari -لن {lan} = tidak
-لم {lam} = tidak
-ال {ila} = ke

dilihat dari arti huruf-huruf di atas memang benar ada artinya yaitu dari, tidak dan ke. Tetapi itu semua baru bisa dimengerti artinya, kalau disambung dengan kalimat yang lain. Seperti min, artinya dari. Kalau ada orang berbicara "dari" itu kita yang mendengar akan bingung, belum bisa mengerti maksudnya. Tetapi kalau sudah disambung dengan kalimat lain,misalnya "saya dari pasar",maka baru pendengar mengerti maksudnya.

Rabu, 13 April 2011

Do'a Tolak Bala

DO'A Tolak Bala

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم بارك لنا فى العمر والعمل والإيمان والشهادة والسلامة والإسلام.
اللهم بعد نا من المشرق والمغرب

اللهم بعد نا من شرالسلطان الظالمين الكافرين الهالكين

اللهم عا فنا من جميع البلإ والبلية ومن شرالإ نس والجن والشياطين ببركة سيد المرسلين والملائكة المقربين والشهدآ والصا لحين

وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم اجمعين آمين .

Minggu, 10 April 2011

HADITS TENTANG 73 GOLONGAN

HADITS TENTANG 73 GOLONGAN

Saya pernah mendengar sebuah hadits yang berbunyi,"Akan berpecah-belah umatku menjadi tujuh puluh tiga golongan - 72 diantaranya akan masuk neraka dan hanya satu yang masuk surga, yaitu Ahl as-sunnah wa al-jama'ah." Siapa saja 72 golongan itu dan siapakah Ahl as-Sunnah wa al-jama'ah?
......R.M. Harsono

Hadits yang Anda tanyakan ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan beberapa ulama hadits lain-nya, yang bersumber dari beberapa orang sahabat Nabi, yakni Abu Hurairah, Mu'awiyah, 'Abdul bin 'Umar, dan sebagainya. Redaksi riwayat-riwayat itu berbeda. Akan tetapi, semuanya menginformasikan bahwa umat Nabi Muhammad saw, akan berkelompok-kelompok sehingga mencapai lebih dari tujuh puluh golongan. Dalam berbagai riwayat itu, ada rangkaian perawi yang lemah (dha'if) dan ada juga yang dapat dipertanggungjawabkan (hasan dan shahih).

Dahulu, para ulama memberi perhatian yang amat besar pada kandungan hadits itu. Sayangnya, kebanyakan mereka mengklaim bahwa kelompok atau golongannya sajalah yang benar, selamat, dan akan masuk surga, sementara kelompok atau golongan lainnya sesat.

Syaikh Muhammad 'Abduh (1849-1905), seorang ulama Mesir ternama, adalah salah seorang yang dapat dinilai cukup objektif dalam memahami hadits itu. Pendapatnya ini dikutip secara panjang lebar oleh muridnya, Rasyid Ridha, dalam Tafsir al-Manar, ketika menafsirkan surah al-An'am ayat 159.

Tidak dapat di sangkal bahwa umat islam telah berkelompok-kelompok, tak jadi soal apakah jumlahnya sudah mencapai 73 kelompok atau belum. Tidak diragukan juga bahwa yang selamat diantara mereka hanyalah satu kelompok. Sebab, kebenaran hanya satu, yakni yang sesuai dengan ajaran Nabi saw, dan sahabat-sahabat beliau. Demikian pandangan Muhammad 'Abduh. Tetapi, menentukan siapa yang satu kelompok ini tidaklah mudah.

Menurut 'Abduh, seseorang bisa saja mengatakan:
{1} kelompok yang satu dan sesuai dengan ajaran Nabi saw ini sudah pernah ada, tetapi kini telah punah, sehingga semua kelompok yang ada sekarang ini tidak akan selamat.
{2} kelompok-kelompok umat islam boleh jadi belum mencapai jumlah 73 hingga dewasa ini (karena beberapa kelompok dapat digabung menjadi satu).
{3} kelompok yang satu dan selamat ini boleh jadi belum lahir sampai sekarang, tetapi akan lahir dimasa mendatang.
{4} semua kelompok umat islam yang ada sekarang ini boleh jadi akan selamat semuanya, karena-walaupun kelihatannya berkelompok-kelompok-mereka pada hakikatnya adalah satu. Bukankah semua kelompok umat islam mengakui prinsip-prinsip pokok keislaman (ushul ad-din) yang diajarkan Nabi saw. Seperti keesaan Allah, kenabian, dan kepastian adanya Hari kebangkitan. Perbedaan yang ada di antara berbagai kelompok semuanya berkaitan dengan hal-hal yang tidak diketahui secara pasti. Seandainya hal-hal itu bersifat pasti, maka dapat dipastikan pula bahwa perbedaan tidak akan terjadi. Demikian pandangan Syaikh Muhammad 'Abduh. Agaknya, pendapat inilah yang wajar diterima. Karena itu, semua kelompok dapat ditilai sebagai komunitas Muslim selama mereka tidak menolak sesuatu yang bersifat pasti dari Rasulullah, baik al-Qur'an maupun sunah Nabi.

Dalam bukunya yang berjudul at-Tafkir al-Falsafi fi al-Islam, Prof. Dr. 'Abd al-Halim Mahmud menulis bahwa hadits yang berbicara tentang 73 kelompok itu tidak diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim. Hal ini amatlah menenangkan hati. Sebab, ada sebagian riwayat yang menyatakan bahwa Nabi bersabda, "Akan berkelompok-berkelompok umatku hingga mencapai tujuh puluh sekian kelompok. Semuanya masuk surga, kecuali satu kelompok." Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu an-Najjar dan dinilai sahih oleh al-Hakim. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh ad-Daylami, redaksinya berbunyi demikian:"yang binasa hanyalah satu kelompok."

di kutip dari makalah forum diskusi kampus Asyafi'iyah wslm. fadil

Sabtu, 09 April 2011

Jurumiyah bab kalam

بسم الله الرحمن الرحيم

الكلام هواللفظ المركب المفيد بالوضع.
Kalam ialah yang diucapkan yang disusunkan yang memberi faidah dengan memakai bahasa 'arab.

Maksudnya,kalam adalah lafazh yang tersusun yang berfaidah bagi orang yang mendengar atau yang diajak bicara.

Kalam menurut istilah para ahli ilmu Nahwu, ialah harus memenuhi empat syarat,yaitu:

1.اللفظ

فاللفظ هوالصوت المشتمل على بعض الحروف الهجا ئية
lafazh adalah suara ucapan yang mengandung sebagian huruf hijaiyah
seperti lafazhزيد {Zaid}. Sesungguhnya lafazh Zaid adalah suara ucapan yang mengandung huruf Za,Ya dan Dal. Bila ucapan tidak mengandung sebagian huruf hijaiyah, seperti suara
genderang{termasuk pula suara Ayam,beduk,kaleng,petir,mesin,dan sebagainya}, maka tidak dinamakan lafazh. Dan ada pula sesuatu yang berfaidah namun menurut para ahli ilmu nahwu tidak di golongkan lafazh, seperti isyaroh,tulisan,surat keterangan dan bendera.

2.المركب

والمركب ماتركب من كلمتين فاكثر.
"Murokab adalah ucapan yang tersusun dari dua kalimat atau lebih"

seperti قام زيد {ki Zaid telah berdiri} زيدقائم {ki Zaid telah berdiri}
kedua contoh ini maksudnya sama tetapi susunannya berbeda. Contoh pertama terdiri dari fi'il dan fa'il dan setiap fa'il pasti dirofa'kan. Contoh kedua terdiri dari mubtada dan khabar. Setiap mubtada, pasti dirofa'kan karena menjadi permulaan bicara dan setiap khabar juga dirofa'kan karena mengikuti mubtada. {masalah mubtada dan khabar dijelaskan dalam bab tersendiri}.

3.المفيد

والمفيد ما افاد فائدة يحسن السكوت عليها من المتكلم والسامع.
Mufid adalah ungkafan yang memberikan pemahaman sehingga pembicara dan pendengarnya merasa puas.

seperti قام زيد {ki Zaid telah berdiri} زيدقائم {ki Zaid telah berdiri}
sesungguhnya kedua contoh ini memberikan pemahaman yang membuat pendengarnya perasa puas. Yaitu kepuasan mengenai berita berdirinya ki Zaid, karena pendengar ketika mendengar hal itu tidak menunggu lagi sesuatu lainnya yang menjadikan sempurnanya kalam dan pembicaranya sendiri merasa puas.

4.الوضع

{ mengandung arti, pengertian, maksud dan tujuan}.

Mengenai pengertian Wadla' ini ada dua penafsiran. Sebagian ahli ilmu nahwu menafsiri dengan{القصد‎=‏tujuan}.

Maksudnya adalah ucapan itu jelas yang di tuju, bukan sekedar ucapan. Karena itu ucapan yang tidak jelas tujuannya tidak termasuk wadla' seperti ucapan orang yng lagi tidur(mengigau) dll.

Sebagian lainnya menafsiri dengan{العربى=bahasa Arab}. Maksudnya harus berbahasa Arab. Ucapan yang bukan bahasa Arab {Ajam}, seperti bahasa turki, barbar, jerman, indonesia, jawa dll, menurut para ahli ilmu Nahwu tidak termasuk wadla' berarti juga tidak bisa disebut kalam.

Alhamdulilah bab awal dari kitab juru miyyah tentang pengertian kalam udah usai nanti di sambung lagi di posting berikutnya di bab yang selanjutnya...wslm fadil ‎

Kamis, 31 Maret 2011

Jumlah malaikat pada diri manusia

Syekh Muhammad Al Kholiliy berkata: "Diriwayatkan bahwa Sayidina Utsman bin 'Affan RA bertanya kepada Nabi SAW: "Berapa malaikat yang ada pada seorang manusia?".

Lalu beliau bersabda: "Ada 20 malaikat, diantara mereka satu malaikat berada di sisi kananmu untuk mencatat kebaikan-kebaikanmu.Dan malaikat ini kepercayaan malaikat yang berada di sisi kirimu.

Apabila engkau berbuat satu kebaikan, maka ia menulis 10 kebaikan dan apabila engkau berbuat keburukan, maka malaikat yang berada di sisi kiri berkata kepada malaikat yang berada di sisi kanan:
"APAKAH AKU CATAT?"
Maka malaikat yang di sisi kanan berkata: "biarkan dia selama 7 jam, semoga saja ia bertobat"

Lalu apabila hamba itu tidak bertobat, maka malaikat di sisi kanan berkata: "Ya, tulislah, semoga Allah menyamankan kita dari hamba ini".
Adapun nama malaikat yang berada di sisi kanan adalah Roqib, yaitu malaikat yang mencatat segala kebaikan, dan nama malaikat yang di sisi kiri adalah 'Atid, yaitu malaikat yang mencatat berbagai perbuatan buruk.

Dan ada dua malaikat di hadapanmu dan di belakangmu.

Dan ada satu malaikat pengenggam atas ubun-ubunmu. Apabila engkau merendah hati karena Allah ta'ala, maka ditinggikanlah engkau, dan apabila engkau menyombongkan diri kepada Allah, maka Allah akan meruntuhkanmu.

Dan ada dua malaikat di atas dua bibirmu, kedua malaikat ini tidak akan menjaga dirimu, kecuali ucapan sholawat kepada Nabi SAW.

Dan ada satu malaikat di atas mulutmu, malaikat itu tidak akan membiarkan ular atau serangga masuk dalam mulutmu.

Dan ada dua malaikat di atas dua matamu,dan dikatakan: "sesungguhnya nama dua malaikat itu adalah Syawiyyah"

Maka mereka itu ada 10 malaikat yang ada pada setiap manusia.

Lalu turunlah malaikat malam menggantikan malaikat siang hari, maka mereka malaikat malam dan mereka malaikat siang hari berjumlah 20 malaikat atas setiap manusia".

"Dikutif dari kitab Qotrul Goits"

Selasa, 29 Maret 2011

Arti Iman

(Apabila dikatakan kepadamu :"Apa yang di maksud iman itu?")
yang merupakan cahaya dan hidayah dari Allah ta'ala.

(Maka jawabannya) hendaknya engkau katakan: (iman itu adalah simbolisasi dari ber-tauhid{pengesaan}.

Dan definisi tauhid itu menurut Ulama kalam {teologi} adalah:"Menunggalkan Zat yang di sembah dengan suatu Ibadah disertai meyakini keesaan-nya, baik dalam Zat nya, sifat-sifat-nya dan perbuatan-perbuatan-nya".

Dan dikatakan juga: "Tauhid adalah menyakini segala sesuatu yang wajib pada Allah dan Rosul-nya, dan segala yang Jaiz {serba mungkin} dan segala yang mustahil".

Adapun menurut Ulama ahli Tashowwuf,Tauhid adalah bahwa seseorang itu tidak melihat kecuali hanya kepada Allah ta'ala, dengan pengertian bahwa setiap perbuatan, pergerakan dan diam yang terjadi pada semua makhluk itu,maka itu adalah dari Allah ta'ala yang maha Esa, tidak ada sekutu bagi-nya".

Para ahli tashowwuf itu tidak melihat kepada selain Allah ta'ala,terhadap suatu perbuatan sama sekali.

Dan terkadang yang dimaksud dengan Iman itu adalah tanda-tandanya, seperti sabda nabi SAW kepada sekelompok orang dari bangsa Arab yang mendatangi beliau SAW: "Apakah kalian mengerti apa Iman kepada Allah ta'ala Yang Maha Esa itu?"

lalu mereka berkata: "Allah dan Rosul-nya yang lebih mengetahui".

Lalu Nabi SAW bersabda: "Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, dan menegakan sholat, dan menunaikan Zakat, dan puasa Romadhon dan hendaknya kalian memberikan dari ghonimah{rampasan perang} itu sebanyak seperlima{20%}.

"Di kutif dari kitab Qotrul Gois"

Kitab-kitab Allah

( Apabila dikatakan kepadamu: "Berapa kitab yang telah diturunkan kepada para nabi-Nya?')yakni para Rosul-Nya.

(Maka jawabnya) hendaklah engkau berkata: " yaitu dalam satu riwayat ( ada 100 kitab dan empat kitab)

(Telah di turunkan oleh Allah dari kitab-kitab itu) yakni dari 104 kitab suci itu,(sepuluh kitab kepada)shofiyullah manusia pilihan Allah,bapak manusia yaitu(Nabi Adam AS,dan telah diturunkan oleh allah ta'ala dari kitab-kitab itu,50 kitab kepada Nabi Syits AS)

Arti Syits adalah karunia Allah,dan dikatakan oleh pendapat lain adalah pemberian Allah.

Nabi Syits adalah putra Nabi Adam dari shulbi beliau. Adalah Nabi syit termasuk putra nabi Adam yang paling tampan dan yang paling mulia diantara putra-putra beliau.
Nabi syits paling mirip dengan ayahnya ,dan yang paling cinta diantara putra-putra Nabi Adam kepada ayahnya.
Dan Nabi syits hidup selama 712 tahun.

( Dan telah di turunkan oleh Allah ta'ala dari kitab-kitab itu, 30 kitab kepada Nabi Idris) kakek dari ayah Nabi Nuh 'alaihis Salam.

Nabi Idris bernama Akhnukh atau khonukh. Dikatakan oleh satu pendapat: "beliau di namakan dengan Idris, karena banyaknya beliau mengkaji berbagai kitab".

Nabi idris adalah orang yang pertama menulis dengan pena, dan ahli dalam ilmu perbintangan dan perhitungan.Beliau adalah orang yang pertama menjahit pakaian-pakaian dan memakainya,dan adalah orang-orang sebelum beliau, mereka memakai berbagai kulit.Dan beliau adalah yang pertama membuat senjata dan berperang dengan orang kafir.

( dan telah diturunkan oleh Allah ta'ala dari kitab-kitab itu, 10 kitab kepada Nabi Ibrohim AS )

Dikatakan (oleh satu pendapat): "Sesungguh di dalam shuhuf {lembaran-lembaran} terdapat kalimat berikut ini:"selayaknya bagi orang yang berakal hendaknya keadaannya sebagai penjaga lidahnya, mengerti dengan zamannya,lagi menghadapi kepentingannya".

( dan telah diturunkan oleh Allah ta'ala kitab Injil) dengan lengkap kepada Nabi Isa putra Maryam 'alaihis salam,dan telah diturunkan oleh Allah ta'ala kitab Taurot dengan utuh kepada nabi Musa putera 'Imron 'alaihis salam.

Sebagian ulama berkata:"Taurot dan Injil adalah dua nama kitab berbahasa Ibraniy". Dan dikatakan oleh satu pendapat, keduanya berbahasa Suryani seperti kitab Zabur.

Dikatakan oleh satu pendapat:"Taurot dinamakan dengan sebutan itu, karena sesungguhnya di dalamnya terdapat suatu Cahaya yang mana seseorang dapat keluar dari kesesatan kepada petunjuk, sebagai mana ia dapat keluar dengan Cahaya api dari kegelapan menuju terang".

Dan dikatakan oleh satu pendapat: "Dinamakan dengan Taurot itu karena sesungguhnya kebanyakan isinya adalah catatan-catatan penting dan sindiran-sindiran {Ironi}".

Sebagian Ulama berkata:"Dinamakan injil dengan sebutan itu, karena sesungguhnya didalamnya terdapat perluasan yang tidak ada di dalam kitab Taurot. Sebab ada sesuatu yang di halalkan di dalam kitab Injil, yang adanya diharamkan di dalam kitab Taurot".

Dan dikatakan oleh satu pendapat:"dinamakan dengan Injil itu, karena kitab Injil mengeluarkan intisari Cahaya kitab Taurot".

(dan telah diturunkan oleh Allah ta'ala kitab Zabur kepada Nabi Daud bin Isya a'laihis Salam)
Isya termasuk diantara para pengikut Nabi Musa, dan beliau hidup setelah Nabi Musa Wafat dengan masa yang sangat lama.

(Dan telah diturunkan oleh Allah ta'ala kitab Al Qur'an) secara berangsur lagi terpisah-pisah dalam waktu 23 tahun, setelah itu Al Qur'an itu di tuliskan dalam lembaran-lembaran.
Dan Al Qur'an diturunkan secara sekaligus di malam Qodar di Baitul izzah {rumah mulia} yaitu satu tempat di langit dunia.
Dan dinamakan Al Qur'an dengan Al Furqon{pembeda/pemisah} karena Al Qur'an membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
Dan karena adanya secara berangsur dan terpisah-pisah dalam tahun-tahun yang banyak.

Dinamakan dengan Al Qur'an, karena sesungguhnya Al Qur'an menempati kedudukan kitab Taurot,Injil,dan Zabur dalam hal banyak di baca.

(kepada Nabi Muhammad, yang dipilih) lagi yang terpilih,SAW.

Nabi Muhammad adalah putera Abdulloh bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushoy bin Kilab bin Murroh bin Ka'ab bin Luaw bin Gholib bin Fihr bin Malik bin Nadhor bin Kinanah bin khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhorr bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan.

{Adnan} termasuk di antara anak-anak baginda kita Nabi Isma'il AS putera Nabi Ibrohim AS.

Keterangan mengenai kitab-kitab tersebut merupakan hadits yang diriwayatkan dari Sayidina Ubay bin Ka'ab, bahwasanya beliau bertanya kepada Rosululloh SAW: "Berapa kitab yang telah diturunkan oleh Allah ta'ala?".

Lalu beliau bersabda: "Ada 104 kitab,darinya{diturunkan} kepada Nabi Adam sebanyak 10 shuhuf,dan kepada Nabi Syits 50 shohifah{lembar}, dan kepada Nabi Akhnukh yaitu Nabi Idris 30 shohifah, dan kepada Nabi Ibrohim 10 shohaif{ lembaran-lembaran}, dan kitab Taurot,Injil,Zabur dan Al Furqon".

"Di kutif dari kitab Qotrul Goits"

Jumat, 25 Maret 2011

MISI DAN MAULID NABI

Tradisi memperingati maulid Nabi Muhammad saw pada masyarakat kita biasanya berlangsung selama dua bulan,Rabiul Awal dan Rabiul akhir.Momentum yang penting ini tentu saja harus kita jadikan sebagai upaya untuk menyegarkan kembali pemahaman dan ingatan kita akan misi khusus yang di laksanakan oleh Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya.dengan demikian,sayang sekali kalau peringatan Maulid itu hanya sekedar rutinitas belaka,tanpa makna yang dalam dan pengaruh baik dan besar.
Di dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat yang menyebutkan tentang Rasul dengan berbagai aspeknya.Salah satu aspek yang di sebutkan adalah tentang misi yang di emban para Rasul.pemahaman tentang misi ini menjadi sesuatu yang sangat penting agar kita menyadari bahwa diutusnya Rasul saw di muka bumi ini memang menjadi kebutuhan manusia.Tugas manusia di muka bumi ini pada hakikatnya hanya untuk beribadah kepada Allah swt dalam berbagai aspek kehidupan.untuk bisa melaksanakan tugas ini,di perlukan seorang yang menyampaikan ajaran dari Allah swt itu.

MISI RASUL
1.memperkenalkan dan menyembah Allah swt.

Manusia yang lemah sangat membutuhkan penyembahan pada yang maha kuat,karena itu kepada manusia sangat penting di perkenalkan tentang tuhan yang maha kuasa itu sehingga manusia menyembah kepada tuhan yang benar.Bila tidak,maka manusia akan mencari sendiri tuhan itu dan sangat banyak manusia yang akhirnya tidak menemukan tuhan yang benar(na'udzubilahimindzalik).
Karena itu Allah swt mengutus para Rasul dari Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw guna memperkenalkan kepada manusia bahwa sesungguhnya yang berkuasa di dunia ini dan di akhirat nanti adalah ALLAH SWT,karenanya setiap orang harus menghambakan diri kepadanya,Allah swt berfirman:Dan kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu,melainkan kami wahyukan kepadanya,"bahwasanya tidak ada tuhan (yang benar)melainkan Aku,maka sembahlah olehmu sekalian akan aku(QS Al Anbiya [21]:25).

Akhirnya menjadi semakin kita sadari bahwa perjuangan Rasul memang harus kita lanjutkan dan siapa lagi yang harus melanjutkan kalau bukan kita yang beriman kepadanya.insya allah akan
Dilanjutkan di makalah berikutnya wasalam..fadil

Kamis, 24 Maret 2011