الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :
Bulan
ramadhan bulan yang mulia, sebuah momen yang sangat agung dimana Allah
-ta'ala- melipat gandakan pahala setiap hamba yang beramal, dan
membukakan pintu-pintu kebaikan. bulan yang penuh berkah dan rahmat
serta ampunan. Allah berfirman :
Artinya
: "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al
Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS
Al-Baqoroh : 185)
Bulan dimana pintu-pintu surga dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup, dan dibelenggunya setan-setan. Rosulullah
-sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :
إذا جاء رمضان فُتِّحت أبواب الجنة وغُلِّقت أبواب النار وصُفِّدت الشياطين
Artinya
: "Jika datang bulan ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu
neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (Muttafaq 'Alaihi)
Dibukanya
pintu-pintu surga dikarenakan banyaknya amalan-amalan sholih dilakukan
pada bulan tersebut. dan ditutupnya pintu-pintu neraka dikarenakan
sedikitnya amalan kemaksiatan yang dilakukan orang-orang yang beriman
pada bulan itu. dan dibelenggunya setan-setan dikarenakan mereka tidak
bisa lagi merusak dan menyesatkan manusia sebagaimana pada bulan-bulan
yang lain dimana manusia pada waktu itu sedang sibuk melaksanakan
amalan-amalan ibadah dan ketaatan.
Dan diantara keutamaan bulan ramadhan adalah sebagaimana yang disabdakan Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- :
Artinya
: "Diberikan kepada ummatku 5 hal pada bulan ramadhan yang tidak
diberikan kepada ummat-ummat sebelumnya : bau mulut seseorang yang
berpuasa lebih wangi bagi Allah dari pada wangi misik. dan
malaikat-malaikat mendoakan ampunan bagi orang-orang yang berpuasa
sampai mereka berbuka. dan Allah menghiasi surga-Nya setiap hari seraya
berkata : mereka para hamba-hambaKu yang harus merasakan kesusahan
(demi) menuju kepadamu. dan dibelenggunya gangguan-gangguan setan maka
setan-setan tidak bisa lagi menyesatkan sebagaimana mereka menyesatkan
pada bulan-bulan yang lainnya. dan diampuni (dosa-dosa) mereka disetiap
akhir malam. dikatakan kepada Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam- : wahai
Rosulullah, apakah itu lailatul qodar? beliau menjawab : tidak, akan
tetapi setiap orang yang beramal diberi pahalanya kepada mereka setiap
selesai mengerjakan amalannya." (HR Ahmad, Al-Bazzar dan Al-Baihaqi
dengan sanad yang lemah akan tetapi memiliki saksi-saksi)
Lima keutamaan yang diberikan kepada ummat ini pada bulan ramadhan yang tidak diberikan kepada ummat sebelumnya :
1. Bahwa bau mulut orang yang berpuasa bagi Allah lebih wangi dari pada wangi misik.
hal ini karena bau mulut disebabkan oleh amalan ketaatan yaitu puasa.
akan tetapi bukan berarti seseorang yang berpuasa kemudian menyepelekan
kebersihan mulutnya sehingga dapat mengganggu orang lain disekitarnya.
dikarenakan bau tersebut tidak dapat dihindarkan pada waktu puasa, maka
setiap orang yang berpuasa harus berusaha semaksimal mungkin agar orang
disekitarnya tidak terganggu oleh bau mulutnya.
4. Bahwa setan-setan dibelenggu
sehingga tidak bisa mengganggu dan menyesatkan orang-orang yang beriman
sebagaimana mereka mengganggu pada bulan-bulan selainnya. karena Allah
mengutamakan bulan ramadhan dengan ibadah dan ketaatan kepada-Nya.
sehingga orang-orang beriman pun sibuk dengan amalan mereka.
5. Bahwa Allah mengampuni ummat ini pada tiap akhir malam.
sebagaimana yang dijelaskan oleh Rosulullah -sholallahu 'alaihi
wasallam- bahwa setiap hamba akan diberi pahalanya setiap selesai
mengerjakan amalannya. berarti, pada bulan ini, setiap hamba akan
diampuni jika mereka telah mengerjakan apa yang diperintahkan kepada
mereka dari berpuasa dan melaksanakan amalan-amalan yang lainnya.
Itulah
beberapa keutamaan bulan suci ramadhan yang akan datang sebentar lagi.
sehingga kita harus benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadapinya
dengan niat yang lurus dan jiwa yang bersih, karena semua amalan
ketaatan sangatlah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.
“Dari Ibn Abbbas Ra berkata, Nabi
SAW melewati dua kuburan dan bersabda: “Sungguh keduanya tersiksa, dan bukan
tersiksa sebab dosa yang sangat besar, namun salah satunya tidak menutup aurat
(membuka auratnya dihadapan orang lain) saat buang air kecil, dan yang satunya
sering mengadu domba orang lain, lalu beliau SAW mengambil sehelai daun yang
masih segar, dan membelahnya menjadi dua, dan menaruhnya masing-masing helai di
masing masing kubur tersebut, maka orang orang bertanya: Wahai Rasulullah,
untuk apa engkau perbuat itu?, maka beliau SAW bersabda: semoga diringankan
untuk keduanya sebelum potongan daun ini mengering” (Shahih Bukhari)
Limpahan puji kehadirat Allah
subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Memiliki segenap kemuliaan dan
keluhuran dan Melimpahkan kepada hamba-hambaNya. Segenap alam semesta di langit
dan bumi diciptakan dari ketiadaan, alam dunia, alam barzakh dan alam akhirat,
dan segenap alam yang telah dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala baik yang
kita ketahui atau pun yang tidak kita ketahui. Dan dari awal penciptaan makhluk
sejak itu pula tercantum bahwa semulia-mulia makhluk adalah sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Allah subhanahu wata’ala telah menjadikan
sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai gerbang kasih sayang bagi
segenap anugerah dan rahmat Allah subhanahu wata’ala, yang mana dengan
kebangkitan sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hal itu menjadikan rahmat
Allah berlimpah dan terbuka untuk kita semua, dan segenap anugerah Allah yang
berupa kenikmatan di dunia dan di akhirat adalah bagian dari rahmat Allah
subhanahu wata’ala, dan rahmat Allah subhanahu wata’ala itu telah sampai kepada
kita, yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari 14 abad yang
silam. Yang mana cahaya risalah kenabian berlanjut dari periode ke periode,
dari generasi ke generasi, hingga telah lewat 14 abad yang silam akan tetapi
sampai saat ini kita masih berada dalam cahaya risalah yang terang benderang,
cahaya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketahuilah bahwa kenikmatan dan segala
kebahagiaan yang dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala terbagi menjadi dua
bagian, yaitu kenikmatan di dunia dan kenikmatan di akhirat. Dan sungguh
beruntung mereka yang menjadikan kenikmatan di dunia sebagai pembuka kenikmatan
di akhirat kelak, sebaliknya merugilah mereka yang menjadikan kenikmatan dunia
sebagai alat untuk melewati kehidupan yang membuat mereka jauh atau bahkan
melupakan Allah subhanahu wata’ala karena terlarut hanya dalam kenikmatan
dunia, sehingga mereka menghadapi kehidupan dunia yang fana dengan penuh
kenikmatan, dan kehidupan akhirat yang kekal akan dihadapi dalam kehinaan,
wal’iyadzubillah (semoga Allah melindungi dan menjauhkan kita dari hal
tersebut).
Senantiasalah ingat akan firman
Allah subhanahu wata’ala:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan”. ( QS. Ali Imran : 185 )
Kehidupan dunia hanyalah kehidupan
fana yang penuh dengan permainan, sandiwara dan tipuan-tipuan belak. Maka dalam
kehidupan fana yang penuh dengan permainan dan tipuan ini, Allah subhanahu
wata’ala menerbitkan matahari penerang kehidupan, sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana telah Allah sebutkan dalam Al qur’an
sebagai “ Penyeru kepada Allah dan pelita yang terang benderang”,
sebagaimana firmanNya :
“Dan untuk jadi penyeru kepada Agama
Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”. ( QS. Al Ahzab :
46 )
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
adalah penyeru manusia ke jalan Allah subhanahu wata’ala dan sebagai pelita
yang terang benderang, yang menerangi kehidupan kita dan menyejukkan sanubari
kita serta mempermudah segala kesulitan dalam kehidupan kita. Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
(At Thalaq: 2 )
“Barang siapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” ( QS. At Thalaq: 2 )
“Dan barang siapa yang bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat
gandakan pahala baginya.” ( QS. At Thaalaq : 5 )
Dan bagaimana cara kita bertakwa
kepada Allah subhanahu wata’ala, panutan kita dalam hal ini adalah pimpinan
kita sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang membawa kita kepada
keluhuran dan kemudahan, membawa kita kepada ketenangan, membawa kita kepada
kesejukan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat, maka panutlah beliau dalam
menghadapi kehidupan kita di dunia ini.
Sampailah kita pada hadits luhur,
dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu waktu melewati dua
kuburan, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa kedua
penghuni kuburan tersebut sedang disiksa di dalam kuburan mereka, hal ini
menunjukkan bahwa beliau mengetahui dan mendengar siksa kubur. Dan beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa mereka tidaklah disiksa sebab
perbuatn dosa besar, kemudian beliau mengambil selembar daun yang masih basah
lalu membelahnya menjadi dua bagian, yang masing-masing bagian diletakkan di
atas kedua kuburan tersebut. Para sahabat yang melihat hal tesebut lantas
bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengapa beliau
melakukan hal itu, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Semoga
Allah meringankan siksaan kedua orang ini sebelum daun itu mengering”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa mereka disiksa bukan
karena perbuatan dosa yang sangat besar, karena juga dijelaskan dalam riwayat
yang lainnya di dalam Shahihul Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah perbuatan dosa yang sangat besar,
lantas beliau terdiam dan kemudian berkata : “akan tetapi termasuk dosa
besar”, maka untuk mempermudah pemahaman dari hadits tersebut adalah
bahwa perbuatan itu bukanlah termasuk dosa yang sangat besar seperti syirik,
membunuh, berzina dan yang lainnya, namun hal tersebut termasuk dosa besar di
sisi Allah subhanahu wata’ala, dan perbuatan tersebut sering dan banyak
diremehkan oleh orang. Perbuatan dosa yang dilakukan kedua penghuni kubur itu,
yang pertama adalah tidak menutupi aurat ketika membuang air kecil, yaitu
membuang air kecil di hadapan orang lain. Mungkin anak kecil yang belum baligh
masih banyak yang membuang air kecil dihadapan orang, namun seorang anak yang
sudah baligh seharusnya tidak memperbuat hal tersebut, maka selayaknya bagi
setiap orang tua untuk mengajari anak-anaknya agar tidak membuang air kecil
sembarangan hingga terlihat auratnya oleh orang lain, dan aurat tidak boleh
terlihat bukan hanya ketika membuang air kecil saja namun dalam segala keadaan.
Kemudian dosa yang kedua adalah banyak mengadu domba orang lain (namiimah),
menukil ucapan Hujjatul Islam Al Imam An Nawawi bahwa makna “Namiimah”
adalah menyampaikan ucapan orang kepada yang lainnya kemudian memunculkan
kebencian antara satu dengan yang lainnya, sehingga mereka saling bermusuhan
akibat perbuatan tersebut. Maka tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam melihat bahwa kedua orang penghuni kubur tersebut adalah ummat beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang ditimpa kesulitan di dalam kubur
mereka, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak rela hal itu terjadi atas
ummatnya, akan tetapi meskipun mereka telah berbuat dosa namun masih tetap
diberi syafaat oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan
meletakkan daun di atas kedua kubur tersebut agar diringankan siksa kubur
mereka sebelum daun itu mengering. Maka hadits ini menjadi dalil bahwa syafaat
nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam tidak hanya ada ketika di hari kiamat
saja, namun syafaat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bisa terjadi di
alam barzakh (kubur) bahkan di alam dunia, karena beliau sangat peduli terhadap
ummatnya dan tidak rela jika kesulitan menimpa mereka, dimana segala sesuatu
yang membuat ummatnya sulit atau dalam masalah, maka hal tersebut juga membuat
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam merasa sulit. Sebagaimana firman Allah
subhanahu wata’ala :
“Sesungguhnya telah datang kepadamu
seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin.” ( QS. At Taubah : 128 )
Jika diantara kita tertimpa
kesulitan atau musibah, maka hal itu juga akan memberatkan nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau sangat menjaga ummatnya dengan
tuntunan-tuntunan mulia beliau agar terjauhkan dari segala kesulitan baik di
dunia atau di akhirat, begitu juga dengan doa-doa beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam untuk ummatnya dari zaman beliau hingga di akhir zaman, serta dengan
syafaat kubra kelak di hari kiamat. Inilah indahnya nabi kita, yang paling
peduli kepada kita, di saat semua kekasih kita melupakan kita, orang-orang yang
mencintai kita akan meninggalkan dan melupakan kita jika mereka bukanlah
termasuk orang-orang yang shalih, namun nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak akan pernah melupakan ummatnya selama mereka masih mengakui
kalimat syahadat :
لاَ
إِلهَ إِلاَّ اللهَ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله
“ Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad
utusan Allah”
Meskipun barangkali diantara mereka
masih ada yang akan melewati kehidupan yang sulit kelak di akhirat, namun
kesulitan itu tidak akan abadi karena semua kesulitan ummat ini akan berakhir
dengan syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita berharap agar
semua kesulitan kita di dunia dan di akhirat termudahkan dengan syafaat nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Di majelis yang mulia ini, majelis
kecintaan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena majelis ini
tidak kita buka dan tidak kita tegakkan kecuali untuk menuntun ummat menuju
cinta kepada Allah subhanahu wata’ala dan kecintaan kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh sebab itu majelis ini diberi nama dengan “Majelis
Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam” , serta untuk menuntun ummat
menuju kebahagiaan dan keluhuran dengan bersatu dalam satu barisan bersama para
salafusshalih, para muqarrabin, para awliyaa’ dan para syuhadaa’ dan shalihin
dan bersama pemimpin seluruh orang-orang yang mulia, pemimpin semua manusia
sejak zaman nabi Adam As, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana
seluruh alam semesta mengenal dan mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
kecuali para pendosa dari kalangan manusia dan jin yang tidak mengenal beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Shahihul
Bukhari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda seraya menunjuk
kepada gunung Uhud :
إِنَّ
أُحُدًا جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ
“ Sesungguhnya Uhud adalah gunung
yang mencintai kami, dan kami pun mencintainya”
Gunung Uhud hanyalah tumpukan batu
namun ternyata juga mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
dan cintanya dijawab oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, maka terlebih
lagi cinta kita kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seharusnya
melebihi cinta gunung Uhud itu, dan kepedulian kita terhadap beliau dan dakwah
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam akan berganti dengan cinta beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita, serta limpahan anugerah dari Allah
subhanahu wata’ala berupa kemuliaan-kemuliaan yang Allah berikan untuk kita
dalam kehidupan dunia yang dari sana akan muncul kemuliaan dalam kehidupan
akhirat kelak, insyaallah.
Dan layak kita fahami bahwa dalam
kehidupan ini, kita telah mendapatkan anugerah besar yang berupa kalam Allah
subhanahu wata’ala, yaitu Al qur’anul Karim yang merupakan surat kasih sayang
Allah yang menuntun kita untuk mencintai dan dicintai Allah subhanahu wata’ala
yang dibawa oleh sang pembawa Al qur’an sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, dimana Al quran itu berisi kalimat-kalimat suci dari Allah subhanahu
wata’ala yang layaknya menerangi hari-hari dalam kehidupan kita, layaknya
menerangi bibir kita, layaknya menerangi rumah-rumah kita, dan selayaknya
menerangi jiwa-jiwa kita. Namun saat ini lihatlah bagaimana keadaan rumah-rumah
kita, barangkali di sebagian rumah telah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan
tidak terdengar suara lantunan kalimat-kalimat Allah dibacakan, tidak ada orang
yang membaca Al qur’an di dalamnya, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
“ Sesungguhnya rumah yang didalamnya
dibacakan Al quran maka akan terlihat oleh penduduk langit (malaikat)
sebagaimana terlihatnya bintang-bintang oleh penduduk bumi”
Rumah-rumah yang didalamnya
dibacakan Al qur’an tampak terang benderang oleh penduduk langit, maka
bagaimanakah keadaan rumah-rumah kita, apakah terlihat gelap seperti gelapnya
malam, ataukah terlihat berpijar seperti bintang dan terlihat indah dari langit
oleh para malaikat Allah. Maka terangilah rumah-rumah kita dengan Al qur’an,
terangilah bibir-bibir kita dengan kalimat-kalimat Allah subhanahu wata’ala.
Alhamdulillah di majelis ini kita
telah membuka Halaqaturrasul yang ditujukan untuk mereka yang ingin membaca Al
qur’an secara berkelompok, dimana membaca Al qur’an sendiri pun hal itu adalah
baik, namun jika membacanya secara berkelompok bersama dengan orang lain maka
kemuliaan yang didapati pun akan bertambah banyak, dimana setiap orang akan
menjadi pengajar, pelajar, pendengar dan pembaca Al qur’an. Seseorang akan
menjadi sebagai pelajar, karena ketika ia membaca Al qur’an dan dalam bacaannya
terdapat kesalahan maka orang lain akan membenarkan bacaannya, maka dari
pembetulan itu ia telah belajar. Dan ia disebut sebagai pengajar ketika ia
membetulkan bacaan orang lain yang salah atau kurang tepat, serta disebut pula
sebagai pendengar ketika seseorang mendengarkan orang lain membaca sehingga
pendengarannya mendapatkan cahaya dari bacaan itu, dan disebut sebagai pembaca
ketika seseorang mendapatkan bagian untuk membaca sehingga bercahayalah
bibirnya dengan bacaan tersebut, dan hal itu merupakan hal yang sangat agung di
sisi Allah subhanahu wata’ala, demikianlah tujuan dari dibentuknya
Halaqaturrasul ini sebagaimana yang diinstruksikan oleh guru mulia kita untuk
dimakmurkan di Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa sebaik-baik manusia yang berjalan
di atas bumi adalah para pengajar Al qur’an, dimana jika ia mengatakan kepada
seorang anak kecil untuk mengucapkan بسم الله الرحمن الرحيم kemudian anak itu
mengucapkannya, maka Allah akan menentukan untuk anak itu, dan orang yang
mengajarnya serta untuk kedua orang tua anak itu pembebasan dari api neraka.
Maka terlebih lagi jika yang diajarkan adalah Al qur’an hingga khatam, seperti
pembacaan Al qur’an secara berkelompok yang didalamnya tercakup pembelajaran
dan pengajaran Al qur’an.
Barangkali hari-hari kita terlewatkan
dan pendengaran dan pengucapan kita ada pada hal-hal yang tidak diridhai Allah,
bagaimana keadaan bibir kita, telinga kita, pengucapan kita dan pendengaran
kita akan hal-hal yang diridahi Allah subhanahu wata’ala. Seberapa banyak kita
mendengar atau membaca kalimat-kalimat Allah yang begitu indah, dan seberapa
banyak kita mengucapkan dan mendengarkan kalimat-kalimat selain Al qur’an,
seberapa peduli kita akan kalimat-kalimat Allah dan seberapa peduli kita
terhadap selain Al qur’an. Mungkin banyak dari sebagian rumah-rumah kita yang
jauh dari cahaya Al qur’an Al Karim, namun sebagian dari kita telah menata
waktu dalam setiap harinya, misalnya ketika berada di rumah pada jam sekian
akan acara ini dan itu di Tv maka aku harus mendengarkannya dan yang lainnya,
kesemuanya ditata dengan tertib agar tidak terlewatkan padahal hal-hal tersebut
hanyalah kefanaan yang sia-sia dan tiada akan menuntun kepada keluhuran namun
barangkali menuntun kepada kehinaan. Akan tetapi adakah seseorang yang peduli
untuk mengatur waktunya pada jam tertentu untuk membaca Al qur’an?, sebagaimana
waktu sebelum masuk waktu subuh sangat dianjurkan untuk membaca Al qur’an,
begitu pula sebelum terbitnya matahari dan setelah terbenamnya matahari, bahkan
di waktu kapanpun dan dimana pun disunnahkan untuk membaca Al qur’anul Karim,
kecuali di tempat-tempat yang hina seperti kamar mandi dan lainnya. Maka
terangilah waktu-waktu kita dengan cahaya Al qur’an, yang mana Al quran adalah
kalam Allah subhanahu wata’ala yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan ingatlah bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai lambang cinta Allah subhanahu
wata’ala, lambang kasih sayang Allah subhanahu wata’ala terhadap
hamba-hambaNya, dan dengan kasih sayang itu Allah memberikan kenikmatan di
dunia kepada semua manusia yang beriman atau pun yang tidak beriman, dan
terdapat pula kasih sayang dan kelembutan yang hanya diberikan kepada manusia
yang beriman kelak di akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits
qudsi riwayat Shahih Al Bukhari bahwa ketika Allah subhanahu wata’ala telah
selesai membangun ‘arsy dan seluruh alam semesta, kemudian Allah menuliskan di
atas ‘arasy :
إِنَّ
رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ
“ Sesungguhnya rahmatKu (kasih
sayang) mengalahkan kemurkaanKu”
Oleh sebab itu layaklah jika para
shalihin dan para wali Allah dan orang-orang yang beriman sangat mencintai dan
rindu kepada Allah subhanahu wata’ala lebih dari kecintaan mereka kepada selain
Allah subhanahu wata’ala. Syaikh Ibrahim Al Khawwas Ar dalam kitab Ihyaa’
Ulumuddin sambil memegang dadanya dan mengalir air matanya beliau berkata :
وَاشَوْقَاهْ
لِمَنْ يَرَانِيْ وَلاَ أَرَاهُ
“ Sungguh rindunya aku pada Yang
melihatku (Allah) dan aku tidak melihatNya”
Dan kerinduan orang-orang shalih
seperti mereka ditumpahkan dalam munajat yang sangat agung dan sering kita
dengar, yaitu :
“ Ya Allah limpahkanlah rizeki
kepada kami untuk memandang dzatMu yang mulia”
Ketika kita telah mencintai Allah
subhanahu wata’ala, maka kita haruslah menyayangi hamba-hamba yang telah
diciptaNya, diantara meraka adalah keluarga, kerabat kita, tetangga dan
teman-teman kita, dan yang lainnya. Orang yang menyayangi segenap ummat Islam
dengan menginginkan untuk tidak datang musibah atas mereka, maka ia adalah
pemilik jiwa yang sama dengan jiwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
satu pemikiran dan satu niat dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yang
mana beliau senantiasa berdoa untuk ummatnya agar terjauhkan dari segala
musibah.
Semoga Allah subhanahu wata’ala
menjauhkan musibah dari kita dan semua ummat ini, serta mengabulkan segala
hajat kita dan semua hajat ummat ini, Ya Rahman Ya Rahiim permudahlah segala
kesulitan dan bukalah segala pintu keluhuran, angkatlah segala penghalang kami
untuk mencapai kemuliaan, keluhuran, dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Wahai
Yang Maha Memiliki dunia dan akhirat dan kebahagiaannya limpahkanlah kepada
kami kebahagiaan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari api neraka…
“Jika anda bertanya tentang mempelai wanita dan istri-istri penduduk
surga…maka mereka adalah gadis-gadis remaja yang montok dan sebaya…
Pada diri mereka mengalir darah muda, pipi mereka halus dan segar bagaikan bunga dan apel.
Dada mereka kencang dan bundar bagai delima.
Gigi mereka bagaikan intan mutu manikam.
Keindahan dan kelembutan mereka selalu menjadi kerubutan…
Elok wajahnya bagaikan terangnya matahari. Kilauan cahaya terpancar dari gigi-giginya di kala tersenyum.
Jika anda dapatkan cintanya…maka katakan semau anda tentang dua cinta yang bertaut…
Jika anda mengajaknya berbincang [tentunya anda begitu berbunga],
bagaimana pula rasanya jika pembicaraan itu antara dua kekasih [yang
penuh rayu, canda dan pujian].
Keindahan wajahnya terlihat di sepenuh pipi,
seakan-seakan anda melihat ke cermin yang bersih mengkilat [maksudnya :
menggambarkan persamaan antara keindahan paras bidadari dengan cermin yang bersih berkilau setelah di cuci dan di bersihkan, sehingga tak jelas keindahan dan kecantikannya].
Bagian dalam betisnya bisa terlihat dari luar, seakan tidak terhalang oleh kulit, tulang maupun perluasannya…
Andaikan ia tampil [muncul] di dunia, niscaya seisi bumi dari barat
hingga timur akan mencium wanginya. Dan setiap lisan mahluk hidup akan
mengucapkan Tahlil, Tasbih dan Takbir…karena terperangah dan terpesona.
Dan niscaya antara dua ufuk akan menjadi indah berseri berhias dengannya.
Setiap mata akan menjadi buta, sinar mentari akan pudar sebagaimana matahari mengalahkan sinar bintang.
Pasti semua yang melihatnya di seluruh muka bumi akan beriman kepada
Alloh Yang Maha Hidup lagi Maha Qayyum [Tegak lagi menegakan].
Kerudung di kepalanya lebih baik dari pada dunia dan seisinya.
Hasratnya terhadap suami melebihi semua keinginan dan cita-citanya…
Tiada hari berlalu melainkan akan semakin menambah keindahan dan kecantikan dirinya…
Tiada jarak yang di tempuh melainkan semakin menambah rasa cinta dan hasratnya…
Bidadari adalah gadis yang bebaskan dari kehamilan, melahirkan, haidh, dan nifas. Di sucikan dari ingus, ludah, air seni, dan air tinja serta semua kotoran…
Masa remajanya tidak akan sirna, keindahan pakaiannya tidak akan
usang. Kecantikannya tidak akan memudar, hasrat dan nafsunya tidak akan
melemah.
Pandangan matanya hanya tertuju kepada suami, sekali-kali tidak menginginkan yang lain.
Begitu pula suami akan selalu tertuju padanya.
Bidadarinya adalah puncak dari angan-angan dan nafsunya…
Jika ia melihat kepadanya, maka bidadarinya akan membahagiakan dirinya. Jika ia meminta kepadanya pasti akan di turuti…
Apabila ia tidak di tempat, maka ia akan menjanya. Suaminya senantiasa dalam dirinya, di manapun berada. Suaminya adalah puncak dari angan-angan dan rasa damainya…
Di samping itu, bidadari ini tidak pernah di jamah sebelumnya, baik oleh bangsa manusia maupun bangsa jin.
Setiap kali suami memandangnya, maka rasa senang dan suka cita akan memenuhi rongga dadanya…
Setiap kali ia ajak bicara, maka keindahan intan mutu manikam akan memenuhi pendengarannya.
Jika ia muncul, maka seisi istana dan tiap kamar di dalamnya akan di penuhi cahaya…
Jika anda bertanya tentang usianya, maka mereka adalah gadis-gadis remaja yang sebaya dan sedang ranum-ranumnya.
Jika anda bertanya tentang ke elokan wajahnya, maka apakah anda telah melihat eloknya matahari dan bulan… ?!
Jika anda bertanya tentang hitam matanya, maka ia adalah sebaik-baik yang anda saksikan.
Mata yang putih bersih, dengan bulatan bola mata yang begitu pekat menawan.
Jika anda bertanya tentang bentuk fisiknya, maka apakah anda pernah
melihat ranting pohon yang paling indah yang pernah ditemukan ?
Jika anda bertanya tentang warnah kulitnya…maka cerahnya bagaikan batu rubi dan marjan.
Jika anda bertanya tentang elok budinya…maka mereka adalah
gadis-gadis yang sangat baik penuh kebajikan, yang menggabungkan antara
keindahan wajah dan kesopanan.
Maka mereka pun di anugerahi kecantikan luar dan dalam. Mereka adalah kebahagiaan jiwa dan penghias mata.
Jika anda bertanya tentang baiknya pergaulan dan pelayanan mereka..maka tidak ada lagi kelezatan selainnya.
Mereka adalah gadis-gadis yang sangat di cintai suami karena kebaktian
dan pelayanannya yang paripurna…yang hidup seirama dengan suami penuh
pesona harmoni dan asmara.
Apa yang anda katakan apabila seorang gadis tertawa di depan suaminya…maka surga yang indah itu menjadi bersinar ?
Apabila ia berpindah dari satu istana ke istana lainnya…anda akan mengatakan : “Ini matahari yang berpindah-pindah di antara garis edarnya.”
Apa bila ia bercanda, kejar mengejar dengan suami…
Duhai…..alangkah indahnya…. !!
عَنْ أَمِيْرِ
الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ
: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ
بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى
مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ . [رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن
إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري
النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]
Dari
Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata :
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal
itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka
barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu
kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan
dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu
kepada apa yang ditujunya”.
[Diriwayatkan
oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim
bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin
Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang
paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no.
1907]
Penjelasan
Hadits ini adalah Hadits shahih
yang telah disepakati keshahihannya, ketinggian derajatnya dan didalamnya banyak
mengandung manfaat. Imam Bukhari telah meriwayatkannya pada beberapa bab pada
kitab shahihnya, juga Imam Muslim telah meriwayatkan hadits ini pada akhir bab
Jihad. Hadits ini salah satu pokok
penting ajaran islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat
ini mencakup sepertiga ilmu.” Begitu pula kata imam Baihaqi dll. Hal itu karena
perbuatan manusia terdiri dari niat didalam hati, ucapan dan tindakan. Sedangkan
niat merupakan salah satu dari tiga bagian itu. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i,
“Hadits ini mencakup tujuh puluh bab fiqih”, sejumlah Ulama’ mengatakan hadits
ini mencakup sepertiga ajaran islam. Para ulama gemar memulai
karangan-karangannya dengan mengutip hadits ini. Di antara mereka yang memulai
dengan hadits ini pada kitabnya adalah Imam Bukhari. Abdurrahman bin Mahdi
berkata : “bagi setiap penulis buku hendaknya memulai tulisannya dengan hadits
ini, untuk mengingatkan para pembacanya agar meluruskan niatnya”.
Hadits ini dibanding
hadits-hadits yang lain adalah hadits yang sangat terkenal, tetapi dilihat dari
sumber sanadnya, hadits ini adalah hadits ahad, karena hanya diriwayatkan oleh
Umar bin Khaththab dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Dari Umar hanya
diriwayatkan oleh ‘Alqamah bin Abi Waqash, kemudian hanya diriwayatkan oleh
Muhammad bin Ibrahim At Taimi, dan selanjutnya hanya diriwayatkan oleh Yahya bin
Sa’id Al Anshari, kemudian barulah menjadi terkenal pada perawi selanjutnya.
Lebih dari 200 orang rawi yang meriwayatkan dari Yahya bin Sa’id dan kebanyakan
mereka adalah para Imam. Pertama : Kata “Innamaa”
bermakna “hanya/pengecualian” , yaitu menetapkan sesuatu yang disebut dan
mengingkari selain yang disebut itu. Kata “hanya” tersebut terkadang dimaksudkan
sebagai pengecualian secara mutlak dan terkadang dimaksudkan sebagai
pengecualian yang terbatas. Untuk membedakan antara dua pengertian ini dapat
diketahui dari susunan kalimatnya. Misalnya, kalimat pada firman
Allah : “Innamaa anta mundzirun” (Engkau (Muhammad) hanyalah seorang penyampai
ancaman). (QS. Ar-Ra’d : 7) Kalimat ini secara sepintas
menyatakan bahwa tugas Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam hanyalah menyampaikan
ancaman dari Allah, tidak mempunyai tugas-tugas lain. Padahal sebenarnya beliau
mempunyai banyak sekali tugas, seperti menyampaikan kabar gembira dan lain
sebagainya. Begitu juga kalimat pada firman Allah : “Innamal hayatud dunyaa
la’ibun walahwun” à “Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan dan permainan”.
(QS. Muhammad : 36) Kalimat ini (wallahu a’lam)
menunjukkan pembatasan berkenaan dengan akibat atau dampaknya, apabila dikaitkan
dengan hakikat kehidupan dunia, maka kehidupan dapat menjadi wahana berbuat
kebaikan. Dengan demikian apabila disebutkan kata “hanya” dalam suatu kalimat,
hendaklah diperhatikan betul pengertian yang dimaksudkan. Pada Hadits ini, kalimat “Segala
amal hanya menurut niatnya” yang dimaksud dengan amal disini adalah semua amal
yang dibenarkan syari’at, sehingga setiap amal yang dibenarkan syari’at tanpa
niat maka tidak berarti apa-apa menurut agama islam. Tentang sabda Rasulullah,
“semua amal itu tergantung niatnya” ada perbedaan pendapat para ulama tentang
maksud kalimat tersebut. Sebagian memahami niat sebagai syarat sehingga amal
tidak sah tanpa niat, sebagian yang lain memahami niat sebagai penyempurna
sehingga amal itu akan sempurna apabila ada niat. Kedua : Kalimat “Dan setiap
orang hanya mendapatkan sesuai niatnya” oleh Khathabi dijelaskan bahwa kalimat
ini menunjukkan pengertian yang berbeda dari sebelumnya. Yaitu menegaskan sah
tidaknya amal bergantung pada niatnya. Juga Syaikh Muhyidin An-Nawawi
menerangkan bahwa niat menjadi syarat sahnya amal. Sehingga seseorang yang
meng-qadha sholat tanpa niat maka tidak sah Sholatnya, walahu
a’lam Ketiga : Kalimat “Dan Barang
siapa berhijrah kepada Allah dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan
Rosul-Nya” menurut penetapan ahli bahasa Arab, bahwa kalimat syarat dan
jawabnya, begitu pula mubtada’ (subyek) dan khabar (predikatnya) haruslah
berbeda, sedangkan di kalimat ini sama. Karena itu kalimat syarat bermakna niat
atau maksud baik secara bahasa atau syari’at, maksudnya barangsiapa berhijrah
dengan niat karena Allah dan Rosul-Nya maka akan mendapat pahala dari hijrahnya
kepada Allah dan Rosul-Nya. Hadits ini memang muncul karena
adanya seorang lelaki yang ikut hijrah dari Makkah ke Madinah untuk mengawini
perempuan bernama Ummu Qais. Dia berhijrah tidak untuk mendapatkan pahala hijrah
karena itu ia dijuluki Muhajir Ummu Qais. Wallahu a’lam.
{ واتقوا
يَوْمًا تُرْجَعُونَ } بالبناء للمفعول [ تُرجَعون ] تردون ، وللفاعل [ ترجِعون ]
تصِيرون { فِيهِ إِلَى الله } هو يوم القيامة { ثُمَّ توفى } فيه { كُلُّ نَفْسٍ }
جزاء { مَّا كَسَبَتْ } عملت من خير وشر { وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ } بنقص حسنة أو
زيادة سيئة
281.
(Dan takutlah akan suatu hari yang nanti kamu akan dikembalikan) dibina' bagi
maf`ul, sedangkan jika bagi fa`il, maka bunyinya 'tasiiruun', artinya berjalan
(kepada Allah pada hari itu), yakni hari kiamat (kemudian dipenuhkan) pada hari
itu (kepada setiap jiwa) balasan terhadap (apa yang dilakukannya) baik berupa
kebaikan maupun kejahatan (dan mereka tidak akan dianiaya) dengan mengurangi
kebaikan atau menambah kejahatannya.
{ ياأيها
الذين ءَامَنُواْ إِذَا تَدَايَنتُم } تعاملتم { بِدَيْنٍ } كسلم وقرض { إلى أَجَلٍ
مُّسَمًّى } معلوم { فاكتبوه } استيثاقاً ودفعاً للنزاع { وَلْيَكْتُب } كتاب
الدَّينَ { بَّيْنَكُم كَاتِبٌ بالعدل } بالحق في كتابته لا يزيد في المال والأجل
ولا ينقص { وَلاَ يَأْبَ } يمتنع { كَاتِبٌ } من { أَن يَكْتُبَ } إذا دعي إليها {
كَمَا عَلَّمَهُ الله } أي فضله بالكتابة فلا يبخل بها ، والكاف متعلقة ب ( يأب ) {
فَلْيَكْتُبْ } تأكيد { وَلْيُمْلِلِ } يُمْلِ الكاتب { الذى عَلَيْهِ الحق }
الدَّيْن لأنه المشهود عليه فيقرّ ليعلم ما عليه { وَلْيَتَّقِ الله رَبَّهُ } في
إملائه { وَلاَ يَبْخَسْ } ينقص { مِنْهُ } أي الحق { شَيْئاً فَإن كَانَ الذى
عَلَيْهِ الحق سَفِيهًا } مبذِّرا { أَوْ ضَعِيفًا } عن الإملاء لصغر أو كبر { أَوْ
لاَ يَسْتَطِيعُ أَن يُمِلَّ هُوَ } لخرس أو جهل باللغة أو نحو ذلك { فَلْيُمْلِلْ
وَلِيُّهُ } متولي أمره من والدٍ ووصيّ وقيِّم ومُترجم { بالعدل واستشهدوا } أشهدوا
على الدَّيْن { شَهِيدَيْنِ } شاهدين { مّن رّجَالِكُمْ } أي بالغي المسلمين
الأحرار { فَإِن لَّمْ يَكُونَا } أي الشهيدان { رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وامرأتان }
يشهدون { مِمَّن تَرْضَوْنَ مِنَ الشهداء } لدينه وعدالته وتعدّد النساء لأجل { أَن
تَضِلَّ } تنسى { إْحْدَاهُمَا } الشهادة لنقص عقلهن وضبطهن { فَتُذَكّرَ }
بالتخفيف والتشديد { إْحْدَاهُمَا } الذاكرة { الاخرى } الناسية وجملة الإذكار محل
العلة أي لتذكر إن ضلت ودخلت على الضلال لأنه سبب . وفي قراءة بكسر «إن» شرطية ،
ورفع «تذكر» استئناف جوابه { وَلاَ يَأْبَ الشهداء إِذَا مَا } زائدة { دُعُواْ }
إلى تحمل الشهادة وأدائها { تَسئَموُاْ } تملوا من { أَن تَكْتُبُوهُ } أي ما شهدتم
عليه من حق لكثرة وقوع ذلك { صَغِيرًا } كان { أَوْ كَبِيرًا } قليلاً أو كثيراً {
إِلَى أَجَلِهِ } وقت حلوله حال من الهاء في ( تكتبوه ) { ذلكم } أي الكتب {
أَقْسَطُ } أعدل { عِندَ الله وَأَقْوَمُ للشهادة } أي أعون على إقامتها لأنه
يذكرها { وَأَدْنَى } أقرب إلى { أَ } نْ { لا تَرْتَابُواْ } تشكوا في قدر الحق
والأجل { إِلا أَن تَكُونَ } تقع { تجارة حَاضِرَةً } وفي قراءة بالنصب ( فتكون )
ناقصة واسمها ضمير التجارة { تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ } أي تقبضونها ولا أجل فيها
{ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ } في { أَ } ن { لا تَكْتُبُوهَا } والمراد بها
المتجر فيه { وَأَشْهِدُواْ إِذَا تَبَايَعْتُمْ } عليه فإنه أدفع للاختلاف وهذا
وما قبله أمر ندب { وَلاَ يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلاَ شَهِيدٌ } صاحب الحق ومن عليه
بتحريف أو امتناع من الشهادة أو الكتابة ولا يضرهما صاحب الحق بتكليفهما ما لا يليق
في الكتابة والشهادة { وَإِن تَفْعَلُواْ } ما نُهيتم عنه { فَإِنَّهُ فُسُوقٌ }
خروج عن الطاعة لاحِقٌ { بِكُمْ واتقوا الله } في أمره ونهيه { وَيُعَلّمُكُمُ الله
} مصالح أموركم حال مقدرة أو مستأنف { والله بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
}
282.
(Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu mengadakan utang piutang), maksudnya
muamalah seperti jua beli, sewa-menyewa, utang-piutang dan lain-lain (secara
tidak tunai), misalnya pinjaman atau pesanan (untuk waktu yang ditentukan) atau
diketahui, (maka hendaklah kamu catat) untuk pengukuhan dan menghilangkan
pertikaian nantinya. (Dan hendaklah ditulis) surat utang itu (di antara kamu
oleh seorang penulis dengan adil) maksudnya benar tanpa menambah atau mengurangi
jumlah utang atau jumlah temponya. (Dan janganlah merasa enggan) atau
berkeberatan (penulis itu) untuk (menuliskannya) jika ia diminta, (sebagaimana
telah diajarkan Allah kepadanya), artinya telah diberi-Nya karunia pandai
menulis, maka janganlah dia kikir menyumbangkannya. 'Kaf' di sini berkaitan
dengan 'ya'ba' (Maka hendaklah dituliskannya) sebagai penguat (dan hendaklah
diimlakkan) surat itu (oleh orang yang berutang) karena dialah yang
dipersaksikan, maka hendaklah diakuinya agar diketahuinya kewajibannya, (dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya) dalam mengimlakkan itu (dan
janganlah dikurangi darinya), maksudnya dari utangnya itu (sedikit pun juga. Dan
sekiranya orang yang berutang itu bodoh) atau boros (atau lemah keadaannya)
untuk mengimlakkan disebabkan terlalu muda atau terlalu tua (atau ia sendiri
tidak mampu untuk mengimlakkannya) disebabkan bisu atau tidak menguasai bahasa
dan sebagainya, (maka hendaklah diimlakkan oleh walinya), misalnya bapak, orang
yang diberi amanat, yang mengasuh atau penerjemahnya (dengan jujur. Dan
hendaklah persaksikan) utang itu kepada (dua orang saksi di antara laki-lakimu)
artinya dua orang Islam yang telah balig lagi merdeka (Jika keduanya mereka itu
bukan), yakni kedua saksi itu (dua orang laki-laki, maka seorang laki-laki dan
dua orang perempuan) boleh menjadi saksi (di antara saksi-saksi yang kamu sukai)
disebabkan agama dan kejujurannya. Saksi-saksi wanita jadi berganda ialah
(supaya jika yang seorang lupa) akan kesaksian disebabkan kurangnya akal dan
lemahnya ingatan mereka, (maka yang lain (yang ingat) akan mengingatkan
kawannya), yakni yang lupa. Ada yang membaca 'tudzkir' dan ada yang dengan
tasydid 'tudzakkir'. Jumlah dari idzkar menempati kedudukan sebagai illat,
artinya untuk mengingatkannya jika ia lupa atau berada di ambang kelupaan,
karena itulah yang menjadi sebabnya. Menurut satu qiraat 'in' syarthiyah dengan
baris di bawah, sementara 'tudzakkiru' dengan baris di depan sebagai jawabannya.
(Dan janganlah saksi-saksi itu enggan jika) 'ma' sebagai tambahan (mereka
dipanggil) untuk memikul dan memberikan kesaksian (dan janganlah kamu jemu) atau
bosan (untuk menuliskannya), artinya utang-utang yang kamu saksikan, karena
memang banyak orang yang merasa jemu atau bosan (biar kecil atau besar) sedikit
atau banyak (sampai waktunya), artinya sampai batas waktu membayarnya, menjadi
'hal' dari dhamir yang terdapat pada 'taktubuh' (Demikian itu) maksudnya
surat-surat tersebut (lebih adil di sisi Allah dan lebih mengokohkan
persaksian), artinya lebih menolong meluruskannya, karena adanya bukti yang
mengingatkannya (dan lebih dekat), artinya lebih kecil kemungkinan (untuk tidak
menimbulkan keraguanmu), yakni mengenai besarnya utang atau jatuh temponya.
(Kecuali jika) terjadi muamalah itu (berupa perdagangan tunai) menurut satu
qiraat dengan baris di atas hingga menjadi khabar dari 'takuuna' sedangkan
isimnya adalah kata ganti at-tijaarah (yang kamu jalankan di antara kamu),
artinya yang kamu pegang dan tidak mempunyai waktu berjangka, (maka tidak ada
dosa lagi kamu jika kamu tidak menulisnya), artinya barang yang diperdagangkan
itu (hanya persaksikanlah jika kamu berjual beli) karena demikian itu lebih
dapat menghindarkan percekcokan. Maka soal ini dan yang sebelumnya merupakan
soal sunah (dan janganlah penulis dan saksi -maksudnya yang punya utang dan yang
berutang- menyulitkan atau mempersulit), misalnya dengan mengubah surat tadi
atau tak hendak menjadi saksi atau menuliskannya, begitu pula orang yang punya
utang, tidak boleh membebani si penulis dengan hal-hal yang tidak patut untuk
ditulis atau dipersaksikan. (Dan jika kamu berbuat) apa yang dilarang itu, (maka
sesungguhnya itu suatu kefasikan), artinya keluar dari taat yang sekali-kali
tidak layak (bagi kamu dan bertakwalah kamu kepada Allah) dalam perintah dan
larangan-Nya (Allah mengajarimu) tentang kepentingan urusanmu. Lafal ini menjadi
hal dari fi`il yang diperkirakan keberadaannya atau sebagai kalimat baru. (Dan
Allah mengetahui segala sesuatu).
{ وَإِن
كُنتُمْ على سَفَرٍ } أي مسافرين وتداينتم { وَلَمْ تَجِدُواْ كَاتِبًا فرهان } وفي
قراءة «فَرِهَان» جمع ( رهن ) { مَّقْبُوضَةٌ } تستوثقون بها وبينت السنة جواز
الرهن في الحضر ووجود الكاتب فالتقيد بما ذكر لأن التوثيق فيه أشدّ وأفاد قوله :
«مقبوضة» اشتراط القبض في الرهن والاكتفاء به من المرتهن ووكيله { فَإِنْ أَمِنَ
بَعْضُكُم بَعْضًا } أي الدائن المدين على حقه فلم يرتهن { فَلْيُؤَدّ الذى اؤتمن }
أي المدين { أمانته } دَيْنَه { وَلْيَتَّقِ الله رَبَّهُ } في أدائه { وَلاَ
تَكْتُمُواْ الشهادة } إذا دُعيتم لإقامتها { وَمَن يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ ءاثِمٌ
قَلْبُهُ } خص بالذكر لأنه محل الشهادة ولأنه إذا أثم تبعه غيره فيعاقب عليه معاقبة
الآثمين { والله بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } لا يخفى عليه شيء
منه
283.
(Jika kamu dalam perjalanan), yakni sementara itu mengadakan utang-piutang
(sedangkan kamu tidak beroleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
jaminan) ada yang membaca 'ruhunun' bentuk jamak dari rahnun (yang dipegang)
yang diperkuat dengan kepercayaanmu. Sunah menyatakan diperbolehkannya jaminan
itu di waktu mukim dan adanya penulis. Maka mengaitkannya dengan jaminan, karena
kepercayaan terhadapnya menjadi lebih kuat, sedangkan firman-Nya, "...dan
jaminan yang dipegang", menunjukkan jaminan disyaratkan harus dipegang dan
dianggap memadai walaupun si peminjam atau wakilnya tidak hadir. (Akan tetapi
jika sebagian kamu mempercayai yang lainnya), maksudnya yang berpiutang kepada
orang yang berutang dan ia tidak dapat menyediakan jaminan (maka hendaklah orang
yang dipercayainya itu memenuhi), maksudnya orang yang berutang (amanatnya),
artinya hendaklah ia membayar utangnya (dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah,
Tuhannya) dalam membayar utangnya itu. (Dan barang siapa yang menyembunyikan
kesaksian, maka ia adalah orang yang berdosa hatinya). Dikhususkan
menyebutkannya di sini, karena hati itulah yang menjadi tempat kesaksian dan
juga karena apabila hati berdosa, maka akan diikuti oleh lainnya, hingga akan
menerima hukuman sebagaimana dialami oleh semua anggota tubuhnya. (Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan) hingga tiada satu pun yang tersembunyi
bagi-Nya.
{ للَّهِ مَا
فِى السموات وَمَا فِي الأرض وَإِن تُبْدُواْ } تظهروا { مَا فِي أَنفُسِكُمْ } من
السوء والعزم عليه { أَوْ تُخْفُوهْ } تسرّوه { يُحَاسِبْكُم } يخبركم { بِهِ الله
} يوم القيامة { فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاءُ } المغفرة له { وَيُعَذّبُ مَن يَشَاءُ }
تعذيبه ، والفعلان بالجزم عطف على جواب الشرط والرفع أي فهو { والله على كُلّ شَيْء
قَدِيرٌ } ومنه محاسبتكم وجزاؤكم
284.
(Milik Allahlah apa yang terdapat di langit dan apa yang terdapat di bumi dan
jika kamu menyatakan) atau melahirkan (apa yang ada di dalam hatimu) berupa
kejahatan dan rencana untuk melakukannya (atau kamu menyembunyikan) maksudnya
merahasiakannya (pastilah akan dihisab), yakni dibukakan (oleh Allah) pada hari
kiamat. Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya) untuk diampuni, (dan
menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya) untuk disiksa. Kedua kata kerja ini dapat
dihubungkan pada jawab syarat dengan baris mati dan dapat pula dengan baris di
depan dengan perkiraan, 'fahuwa...' (Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu),
di antaranya melakukan hisab atas perhitungan terhadapmu dan memberikan
balasannya.
{ ءَامَنَ }
صدّق { الرسول } محمد صلى الله عليه وسلم { بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبّهِ }
من القرآن { والمؤمنون } عطف عليه { كُلٌّ } تنوينه عوض من المضاف إليه { ءَامَنَ
بالله وَمَلَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ } بالجمع والإفراد [ وكتابه ] { وَرُسُلِهِ }
يقولون { لاَ نُفَرّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مّن رُّسُلِهِ } فنؤمن ببعض ونكفر ببعض كما
فعل اليهود والنصارى { وَقَالُواْ سَمِعْنَا } أي ما أُمْرِنَا به سماع قبول {
وَأَطَعْنَا } نسألك { غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ المصير } المرجع بالبعث ،
ولما نزلت الآية قبلها شكا المؤمنون من الوسوسة وشق عليهم المحاسبة بها فنزل
:
285.
(Telah beriman), artinya membenarkan (Rasul), yakni Muhammad (terhadap apa yang
diturunkan kepadanya dari Tuhannya), yakni Alquran, demikian pula (orang-orang
yang beriman), ma`thuf atau dihubungkan kepada Rasul (semuanya), tanwinnya
menjadi pengganti bagi mudhaf ilaih (beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya
dan Kitab-Kitab-Nya) ada yang membaca secara jamak dan ada pula secara mufrad
atau tunggal (serta para Rasul-Nya) kata mereka, ("Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorang pun di antara Rasul-Rasul-Nya") hingga kami beriman kepada
sebagian dan kafir kepada lainnya, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi
dan Kristen (Dan mereka mengatakan, "Kami dengar"), maksudnya apa yang
diperintahkan kepada kami itu, disertai dengan penerimaan (dan kami taati) serta
kami bermohon, ("Ampunilah kami, wahai Tuhan kami, dan kepada Engkaulah kami
kembali"), yakni dengan adanya saat berbangkit. Tatkala turun ayat yang
sebelumnya, orang-orang mukmin mengadukan waswas dan kekhawatiran mereka serta
terasa berat bagi mereka saat perhitungan, maka turun pula ayat:
{ لاَ
يُكَلّفُ الله نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا } أي ما تسعه قدرتها { لَهَا مَا كَسَبَتْ
} من الخير أي ثوابه { وَعَلَيْهَا مَا اكتسبت } من الشرّ أي وزره ولا يؤاخذ أحد
بذنب أحد ولا بما لم يكسبه مما وسوست به نفسه قولوا { رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا }
بالعقاب { إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا } تركنا الصواب لا عن عمد كما آخذت به
مَن قبلنا وقد رفع الله ذلك عن هذه الأمة كما ورد في الحديث ، فسؤاله اعتراف بنعمة
الله { رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا } أمراً يثقل علينا حمله { كَمَا
حَمَلْتَهُ عَلَى الذين مِن قَبْلِنَا } أي بني إسرائيل من قتل النفس في التوبة
وإخراج ربع المال في الزكاة وقرض موضع النجاسة { رَبَّنَا وَلاَ تُحَمّلْنَا مَا
لاَ طَاقَةَ } قوّة { لَنَا بِهِ } من التكاليف والبلاء { واعف عَنَّا } امح ذنوبنا
{ واغفر لَنَا وارحمنا } في الرحمة زيادة على المغفرة { أَنتَ مولانا } سيدنا
ومتولي أمورنا { فانصرنا عَلَى القوم الكافرين } بإقامة الحجة والغلبة في قتالهم
فإنّ من شأن المولى أن ينصر مواليه على الأعداء ، وفي الحديث « لما نزلت هذه الآية
فقرأها صلى الله عليه وسلم قيل له عقب كل كلمة : قد فعلت »
286.
(Allah tidaklah membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya),
artinya sekadar kesanggupannya. (Ia mendapat dari apa yang diusahakannya) berupa
kebaikan artinya pahalanya (dan ia beroleh pula dari hasil kejahatannya), yakni
dosanya. Maka seseorang itu tidaklah menerima hukuman dari apa yang tidak
dilakukannya, hanya baru menjadi angan-angan dan lamunan mereka. Mereka
bermohon, ("Wahai Tuhan kami! Janganlah kami dihukum) dengan siksa (jika kami
lupa atau tersalah), artinya meninggalkan kebenaran tanpa sengaja, sebagaimana
dihukumnya orang-orang sebelum kami. Sebenarnya hal ini telah dicabut Allah
terhadap umat ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh hadis. Permintaan ini
merupakan pengakuan terhadap nikmat Allah. (Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat) yang tidak mungkin dapat kami pikul
(sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami), yaitu Bani
Israel berupa bunuh diri dalam bertobat, mengeluarkan seperempat harta dalam
zakat dan mengorek tempat yang kena najis. (Wahai Tuhan kami! Janganlah Kamu
pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup) atau tidak kuat (kami memikulnya)
berupa tugas-tugas dan cobaan-cobaan. (Beri maaflah kami) atau hapuslah sekalian
dosa kami (ampunilah kami dan beri rahmatlah kami) dalam rahmat itu terdapat
kelanjutan atau tambahan keampunan, (Engkaulah pembela kami), artinya pemimpin
dan pengatur urusan kami (maka tolonglah kami terhadap orang-orang yang
kafir."), yakni dengan menegakkan hujah dan memberikan kemenangan dalam
peraturan dan pertempuran dengan mereka, karena ciri-ciri seorang maula atau
pembela adalah menolong anak buahnya terhadap musuh-musuh mereka. Dalam sebuah
hadis tercantum bahwa tatkala ayat ini turun dan dibaca oleh Nabi saw., maka
setiap kalimat diberikan jawaban oleh Allah swt., "Telah Engkau
penuhi!"